16 : awal dari sebuah akhir

3.9K 581 53
                                    

malam menjelang. acara hampir kelar tinggal remahan sisa dari kerja keras, yaitu berupa beberapa orang yang tepar menggeletak di sembarang tempat. seperti junho yang bahkan ngorok di bawah tumpukan kardus bekas air mineral lalu misuh ketika jaehyuk tidak sengaja menginjak kakinya sambil membawa proyektor.

jake yang kebetulan berdiri usai menyopot lampu tertawa ngakak. hiburan sekali melihat mata teman satu ukm nya itu melotot merah saking menahan kantuk.

"apa lo ketawa?" sentak junho kesal.

"hahaha lucu anjir. harusnya gue foto terus sebar di grup bph ranggon yang ada pembinanya."

"tai lo, jek!"

jake lanjut tertawa tanpa menghiraukan pelototan junho yang makin-makin. ah sial, kakinya nyeri sekali kalau di buat berhenti begini.

"jek, sibuk nggak?" minju berlari dari arah pojok lapangan. menenteng beberapa papan dan kertas list.

"kenapa kak minju yang cantik? sebenarnya lumayan sibuk sih, tapi kalau buat bidadari enggak." jake memainkan alisnya genit. sedetik kemudian mendapat lemparan sepatu dari junho.

sudah rahasia umum di ukm ranggon kalau dua manusia ini sedang proses pdkt. tau deh sudah jadian apa belum. makanya jake sengaja menggoda temannya tersebut.

minju memutar mata malas, "bisa bantuin antar barang konsum ke rumah kadiv gue enggak? anak konsum banyak yang ga bisa bawa motor."

"bisa. tapi motor gue kan klx mana bisa bawa barang banyak."

"pinjem punya junho aja. dia bawa supra punya bapaknya. ya kan, ho?"

mengangguk sekilas, junho mengocek saku pdhnya dan melempar kunci motor pada jake. menyerahkan lampu di tangannya pada anggota perkap, jake langsung berjalan mengikuti minju ke pojok lapangan yang sudah mulai beres. serius, hari ini capek banget. bahkan nyeri di kakinya tiba-tiba menjadi hilang rasa.

"mau diantar kemana?" tanya jake melihat anak konsum yang tampak beberes.

"rumah kadiv gue, siska"

di depannya siska tersenyum, senyum seperti biasa namun tampak tak tulus. atau hanya perasaan jake saja? bodoamat lah, memang dia ada urusan apa?

"tapi rumah saya agak jauh, jake. nggak apa-apa?"

"santai aja mbak. jangankan cuma ngantar barang, nganter seserahan lamaran aja saya bisa hehe!"

minju menggeplak pelan kepala adik tingkat nya tersebut, "siska udah ada yang punya, jek."

"heleh, masih pacar kan? selama bendera kuning belum melengkung tikung menikung masih halal. ya nggak mbak?"

siska hanya tertawa anggun, bingung sendiri mau menghadapi manusia semacam jaki ini bagaimana.

"iya, tapi asal kamu nggak nikung saya aja, jake." nada bicara siska tampak datar, namun pancaran matanya serius, "haha bercanda, nggak mungkin juga kamu suka sama pacar saya."

mungkin kalimat yang terdengar bagai sebuah candaan bagi minju dan pendengar lainnya, namun entah kenapa jantung jake rasanya langsung merosot ke usus besar. pemuda itu kembali menampilkan cengirannya, "sebenarnya saya sukanya sama mbak siska sih, tapi kalau tuhan sudah menggariskan takdir ya mana saya tau."

senyuman siska meluntur, gadis itu tampak menatap jake dengan wajah judesnya.

membuat si pemuda ekonomi terbahak, "bercanda mbak, serius amat haha."

"jaki! cepetan ih! keburu malam!" teriak minju yang sudah tampak tak sabar.

"saya duluan mbak, kanjeng nyai ngamuk." ujar jake jenaka, lantas menghampiri minju. sedetik kemudian berlari lagi ke parkiran sudut lapangan dan kembali dengan supra milik bapaknya junho.

pengabdi mantan | sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang