"dari alis matamu, terbentuk garis guratan kokoh jiwa,
angin yang deras menghempas, tak kau hiraukan, batinmu kuat bertahan.."
malam semakin larut. di sebuah caffe di dekat hotel tempat sunghoon menginap lantunan lirik dari salah satu lagu milik musisi lawas Ebiet G Ade mengalun dari bibir jake, dengan gitar di pangkuannya yang ia pinjam dari pihak caffe. tempat ini terlihat sepi, tak seramai angkringan depan kampusnya di jakarta yang kalau semakin malam semakin menjadi.
"meskipun raga semakin rapuh, tak pernah risau selalu tersimpul senyum,
sepantasnyalah kujadikan suri teladan, potret perjuangan.."
badannya bersandar santai pada dinding bambu. tak menghiraukan sunghoon yang masih sibuk makan, karena sebelum ini porsinya telah habis duluan. malam semakin menghimpit, dan jake tidak ada niatan untuk kembali ke kos seperti pesan abangnya sore tadi. bukan tidak, tapi belum. sebelum tuntas ia menanyai si pradipto itu tentang kejadian hari ini.
tentang cerita tadi, akhirnya sunghoon kembali lagi menjemputnya di depan resto setelah ia menunggu satu jam lamanya. tentu saja setelah ia mengabiskan banyak obrolan bersama sosok yang dipanggil mama oleh pemuda di hadapannya ini.
dalam hati ia sibuk mengumpat, yang bawa motor siapa yang susah siapa. untung dia tidak hilang di bawa penunggu sana.
"lagunya ebiet ya? request dong yang judulnya untuk sebuah nama." pinta sunghoon.
jreng~
"kupejam mata ini, di kebisuan malam,
oh mimpiㅡ"
"salah server, jek. maksud gue lagu ebiet, tapi lagunya pance juga enak sih."
tak!
gitar itu jake letakkan di samping bangku, bersandar pada kursi lainnya,
"males ah, lu banyak protes." kemudian matanya menangkap piring di samping sunghoon yang masih belum tersentuh, "itu kenapa nggak dimakan?"
"ada udangnya, gue lupa."
"yaudah siniin."
sunghoon menggeser piring tersebut ke hadapan jake yang mana langsung di lahap oleh pemuda itu. pikirannya masih kacau setelah apa tujuannya ke bandung ternyata benar terlaksana.
"lo aneh, makanan kok pilih-pilih."
"alergi kalau lo lupa."
"nah iya, alergi kok pilih-pilih. ini kan udang, enak. kasian banget lo nggak tau rasa manisnya kepala udang."
tak menanggapi, sunghoon memilih menghela nafasnya pelan. dia juga mana tau kalau tidak bisa makan udang, sama seperti sang mamaㅡ
mendadak ingatannya kembali lagi ke beberapa jam yang lalu. bohong, kalau ia tidak rindu. karena rasa itulah yang menuntunnya sampai ke bandung hari ini. sudah bertahun tak pernah bertemu, kini ia kembali melihat sosok wanita yang melahirkannya dalam wujudnya yang lebih cantik. semakin tua semakin anggun saja. dalam hatinya yang paling dalam ada rasa lega tersendiri yang tak mampu ia ungkapkan. itu artinya sang mama hidup dalam keadaan baik-baik saja.
"maaf, tadi ninggalin lo dan buat nunggu lama. gueㅡ"
"nggak apa-apa." potong jake sambil makan, "lagian gue juga nggak bosen kok disana. ada mama lo yang nemenin, sama anak kecil tadi. dia ternyata adik lo yang seibu." ujar jake tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
pengabdi mantan | sungjake
Fanfiction"gimana gue bisa move on kalau bentukan lo aja kayak gini?"