sore yang berkabut. tak ada yang sunghoon lakukan kecuali berdiri tegak di samping kasurnya. memandangi gambar minion yang terpampang di atas meja nakas. hampir satu jam mungkin dia berada dalam posisi itu. tak tau, menurutnya itu adalah aktivitas paling menyenangkan meskipun hanya memandang sebuah gambar.
hari minggu semua tampak membosankan. apalagi ditambah rapat unitasnya yang harus ditunda besok malam, ia jadi gabut seharian.
oh tidak, otaknya tengah berpikir ke mana-mana. memikirkan sesuatu yang sudah tentu ia duga dari sebelumnya.
cerita ini tentang papanya yang semalam mendadak pulang. mampir ke rumah hanya untuk memberinya bogeman di rahang. hampir kalap kalau tidak ada soobin yang melerai. lihat, sekarang wajahnya penuh lebam. sudah dikata, sunghoon mungkin akan hancur oleh papanya sendiri.
kalau ditebak, siska mungkin mengadu. ah, sial. jadi disini yang anak kandung siapa sih?
klek..
pintu coklat itu terbuka. sosok tinggi sang abang keluar dari baliknya. memamerkan ekspresi tengil seperti biasa sambil membawa dua cup es krim.
"hai adikku." sapa soobin, "mau es krim nggak?"
hanya melirik sekilas, sunghoon segera memalingkan muka. kembali menatap si minion imut yang telah menjadi pusat atensinya.
"wiih, gambar siapa nih? jelek banget!" komentar soobin lagi kali ini tangannya terulur hampir meraih si minion tersebut bermaksud menyentuh.
namun segera ditahan lengannya oleh sunghoon, mendapati sang adik yang menatap tajam,
"jangan sentuh!" sentak sunghoon.
"heh, gambar doang pelit amat lu." sanggah soobin lagi. tatapan adiknya yang semakin datar membuatnya meneguk ludah. oke mungkin ini serius, "oke nggak jadi, lagain gambar lo jelek."
si jangkung itu lantas berjalan ke meja belajar dan mendudukkan dirinya di kursi. membuka cup es krim yang di pegangnya lantas melahapnya dalam satu suapan besar.
"udah, apa yang papa lakuin semalam jangan dipikir. keputusan lo udah bener kok, hoon. lo berhak lakuin semua itu."
sunghoon hanya diam. dan itu adalah hal biasa bagi soobin.
"sekeras-kerasnya papa dia nggak akan sampai bunuh lo. nanti kalau kemungkinan terburuk datang, lo masih punya gue. yah walaupun gue nggak sekaya papa tapi gue sanggup kok kalau sewa kontrakan sama buat makan doang."
"bagaimanapun, papa itu cuma punya kita hoon. dia cuma hidup sama dua anaknya. seberapa keras dia berusaha mengendalikan hidup lo, dia nggak akan sebenci itu. papa hanya butuh dukungan dari kita buat lupain semua masa lalu. lihat, gue yang nggak nurut aja masih dikasih uang jajan sama dia, masih di bayarin ukt. papa sayang sama kita, hanya salah cara mengekspresikan."
"mungkin saat ini papa hanya terkejut karena nggak bisa jaga amanat sahabatnya. siska udah kayak anak sendiri buat papa. dia cuma salah paham aja dikira lo yang nyakitin, maklum papa kan nggak pernah punya anak cewek."
ocehan soobin yang panjang lebar perlahan masuk lewat kuping lalu meresap ke kepala.
"oh ya, gue ada berita eksklusif." ujar yang lebih tua membuat atensi sunghoon tertarik, "tempo hari gue ketemu orang yang mirip mama pas jalan ke bandung sama anak angkatan. gue pikir salah lihat, ternyata beneran mama. diaㅡ"
"nggak usah bahas itu, bisa?"
"oke sorry."
topik sensitif yang hampir soobin lupa. dia tak bisa bahas masalah sosok ibu yang mungkin saja sunghoon berusaha lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
pengabdi mantan | sungjake
Fanfiction"gimana gue bisa move on kalau bentukan lo aja kayak gini?"