seperti yang telah direncanakan dari dua minggu sebelumnya, kini jake beneran sedang berdiam diri di kasur kos milik si abang. meninggalkan jakarta pada jumat sore hingga kini sabtu siang menjelang sore ia tengah dilanda gabut.
"mau makan apa jak?"
"apa aja." ujar jake malas. pemuda itu tengah goleran di hadapan kipas angin yang menyala maksimal.
"jangan kayak cewek deh, ditanyain makan apa jawabnya terserah. di bandung nggak ada makanan yang namanya apa aja."
omelan abangnya membuat jake berdecak malas, "yaudah sih pesen yang sama aja. abang kan tau aku makan apa aja mau."
namanya juanda rizki aristama, biasa dipanggil bang juki. sosok keluarga yang selalu jadi tempat jake pulang. umurnya tiga tahun diatas jake, S1 teknik mesin yang sekarang sedang bekerja freelance sebagai fotografer. sedang dalam proses apply lamaran setelah pengalaman tak enak kehilangan pekerjaan beberapa bulan lalu.
"abang masih punya uang emang?"
juki tersenyum sejenak lalu mendecih, "banyak. tenang aja mau go food satu bulan juga nggak akan miskin. tapi setelah itu mungkin diusir dari kos haha."
"dih, ditanya serius juga."
"akhir-akhir ini job abang lagi banyak. jadi tenang aja kalau cuma beliin kamu makan mah nggak akan bangkrut."
mendudukkan dirinya kembali, juki kini menendang kecil kaki adiknya. membuat jake yang merebah reflek terduduk,
"abang!" sentak jake.
namun yang juki suguhkan malah kekehan kecil sembari mengelus surai sang adik, "kamu masih kerja?"
"masih."
"sama balapan juga." ucapnya dalam hati.
satu helaan nafas juki hembuskan, "maaf ya, jak. nanti kalau keuangan kita udah pulih lagi kamu nggak perlu kerja. abang usahain sebelum kamu skripsi abang udah mapan biar kamu bisa fokus."
duh, rasanya jake langsung ingin menangis. kata-kata abangnya sukses menyentuh emosional nya.
"kalau mas taehyung masih hidup pasti abang udah dibacok karena biarin adiknya banting tulang sambil mengurusi pendidikannya."
namun jake menggeleng, "kalau mas taehyung masih hidup dia pasti bangga punya adik yang kuat kayak abang. kita bukan saudara kandung, tapi bang juki malah banting tulang buat biayain jaki kuliah. harusnya jaki yang minta maaf karena udah bikin susah. maaf ya bang, jaki masih jadi beban buat abang."
"heh! ngomong apa sih kamu!" sentak juki, "ya kalau bukan saudara kandung kenapa? toh kita satu kk, kamu itu ya adikku. ra usah ngawur! dan kamu bukan beban, kamu itu tanggung jawab ku. wes cocote meneng, rak usah bacot sing aneh-aneh!"
"lah abang yang mulai kenapa jadi aku yang diamuk?"
"ya siapa suruh kamu nanggepin?"
"hilih, nanti kalau nggak ditanggapin tambah ngamok. diajak ngobrol orang tua kok nggak nyaut... nyinyinyi.."
dan siang itu mereka habiskan dengan debat tak penting. hingga akhirnya perut dari salah satu berbunyi, menyebabkan juki langsung secepat kilat beli nasi pecel di samping kos agak jauh sedikit.
jake saja sampai menghela nafas, di jakarta maupun di bandung yang ia makan tetap saja pecel.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
pengabdi mantan | sungjake
Fanfiction"gimana gue bisa move on kalau bentukan lo aja kayak gini?"