25 : her name, natasha

3.3K 503 121
                                    

ketika fajar berlalu, disitulah ayam berhenti berkokok. kalau kata orang jawa, nalika srengenge mlethek ojo leles nggonmu turu isin diguyu pithik.

(ketika matahari terbit jangan pulas tidurmu malu diketawain ayam) - kira kira begitu. 

dulu itu adalah petuah dari gurunya ketika masih sd, matahari terbit menandakan hari dimana kita harus memulai hari yang panjang. mencari makan untuk menyambung hidup, kalau tidak nanti rejekinya dipatok ayam. setidaknya itu yang jake ingat hingga sekarang.

namun kali ini ia akan menjadi orang jawa yang ingkar. rencananya setelah ini adalah tidur hingga siang sampai jadwal kelasnya datang. toh dia kerja kerasnya di malam hari, layaknya kelelawar, malam tempatnya berkeliaran dan siang adalah tidur yang nyaman. bedanya, jika kelelawar tidur dengan menggantungkan kaki, maka jake akan tidur dengan menggantungkan rasa lelahnya. matanya ngantuk, sepet sekali. semalam ia menghitung stok barang di gudang karena lusa akan ada audit di tempat kerjanya.

mengambil pengalaman dari tiga bulan lalu ketika audit toko mengalami minus lebih dari tiga juta, dimana akhirnya karyawan termasuk dirinya harus mengganti rugi dengan kompensasi gaji. kali ini ia benar-benar teliti menghitung dan mencari barang, jangan sampai lalai. bulan ini gajinya harus penuh, tagihan modul dan iuran menjelang uas sudah disebar lewat grup kelas.

saat ini, pukul enam pagi. kakinya melangkah ringan keluar dari tempatnya bekerja. sambil bersiul pelan dan memutar kunci motor di tangan. namun ketika ia menginjakkan kaki di luar ruangan, hal pertama yang membuatnya fokus adalah sosok pemuda tinggi yang nangkring diatas motor besar, sedang berhenti tepat di depan jalan tempatnya menimba cuan. bukan aerox, tetapi dilihat dari posturnya sih sunghoon, ada apa laki-laki itu kemari?

"jake!" panggilnya dengan suara parau.

menunda niatnya ke parkiran, jake memilih untuk berjalan menghampiri sunghoon. sambil tersenyum lebar ia melambaikan tangan.

"hai," sapanya, "ngapain pagi-pagi WOAHㅡ" namun jake langsung membekap mulutnya dengan telapak tangan begitu sunghoon membuka kaca helmnya.

wajah pemuda itu babak belur dengan lebam parah, membuat jake meringis sendiri. tak hanya itu, bau alkohol tiba-tiba menyengat dari deru nafas sunghoon, membuat jake buru-buru menutup hidung.

"wong edan!" maki jake, "mabok lo? ajaran siapa mabok sambil berkendara hah?"

"hahaha jake.." namun kekehan kecil malah sambutan yang sunghoon berikan, mengabaikan wajah jake yang mengerut kesal.

iya, si sunghoon beneran tipsy sepertinya. maka dengan cekatan jake langsung mengeluarkan hapenya, berniat memesan taksi online saja, "nggak beres lo, hoon. gue pesenin taksi, lo pulang jangan motoran."

namun sebelum itu, sebuah panggilan masuk mendahuluinya, atas nama jay tertera di layar ponselnya. menyatukan alis sebentar, akhirnya ia geser tombol hijau..

"halo."

"..."

"iya. gue shareloc."

mengirimkan lokasi pada jay melalui chat, jake jadi bertanya-tanya ada apa gerangan hingga keadaannya jadi begini ngenes? nada bicara jay di telepon tadi juga terdengar panik.

"hoon." panggilnya pada sunghoon yang tak tau masih sadar atau tidak.

lelaki yang masih nangkring diatas motor itu tertawa kecil, "kenapa?"

"turun dulu sini."

sunghoon menurut. meski langkahnya agak linglung lelaki itu tetap mengikuti perintah jake untuk turun dari motornya. melepas helmnya dengan susah payah yang mana jake kembali meringis melihat wajah yang lukanya terlihat lebih parah. rahang, pelipis, sudut mata, ujung hidung dan bekas cakaran kecil di dekat telinga. menggeleng pasrah, jake menuntun sunghoon untuk duduk pada bangku kosong di emperan toko kue yang belum buka.

pengabdi mantan | sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang