hidup itu tak selalu tentang perasaan. urusan hati memang paling ribet, namun urusan masa depan adalah hal yang paling penting. terkadang ada sisi idealis yang masih belum hilang dari realita kehidupan yang menyebalkan. untuk kemenangan pada suatu hari, dibutuhkan sebuah sikap yang ambisius.
sunghoon menghela nafas berat. meletakkan ponselnya diatas meja lalu beralih pada laptopnya yang menampilkan sebuah aplikasi desain. besok hari h nya. ah, bukan besok, melainkan hari ini. sedikit lupa bahwa jarum jam telah melewati tengah malam. ia telah mendapatkan surat dispensasi dari kampus untuk berangkat ke jogja, atas kompetisi desain nasional yang harus ia ikuti. semangat berjuang untuk masa depan cerah! cepat lulus dan jadi orang kaya raya!
waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. kalau kata jake, ini namanya lingsir wengi yaitu wayah malam yang perlahan turun menjadi pagi. seperti sekarang. dan sunghoon rasanya ingin mengapresiasi dirinya sendiri, lumrahnya empat hari ini jika dihitung jam ia hanya tidur sekitar 3 jam. bahkan hari pertama lalu ia tak tidur sama sekali. sungguh rekor.
dan yang ia dapat dari semua itu adalah tugas proyek rancangan nya yang hampir kelar, tugas analisis kountur yang sudah selesai, cuan yang semakin banyak terkumpul dan yang paling penting adalah persiapan nya untuk hari sudah sangat matang.
kalau jake tahu pasti lelaki itu akan berkata, "rekor ndasmu! sesok modar gak eroh!"
haha, sunghoon jadi tertawa sendiri mengingat nya. wajah lucu jake dan logat medoknya tiba-tiba melintas dalam pikirannya. memang benar kata orang, jam segini adalah waktu dimana overthinking sedang gencar-gencarnya. sedang asik berkutat dengan laptop bagaimana mungkin otaknya langsung lari pada jake.
sudah empat hari ini mereka tak bertemu, sejak ia mengantar anak itu yang sakit. di hubungi lewat chat hanya dibaca, kemarin bertanya lewat taehyun, katanya orangnya sedang sibuk dengan studi lapangan pengganti ujian pengendalian mutu. tak ada yang salah, beban anak kuliah memang begitu. diatas semua kepentingan tentang cinta, tugas adalah segalanya. tak apa, sunghoon sendiri juga sibuk dengan segala bebannya. besok ia akan temui sebentar sebelum berangkat ke jogja.
klek
pintu kamar terbuka, kepala jay menyembul dari baliknya. lantas tersenyum lima jari sambil masuk membawa empat kaleng kola. pemuda itu tanpa permisi duduk diatas meja kosong samping meja belajar yang sunghoon pakai.
"masih ngambis aja, bro."
"hm." sunghoon memilih untuk menjawab dengan gumaman. terlalu malas untuk membuka bibir lebih lebar.
tak!
satu kaleng minuman bersoda itu ia sodorkan pada sahabatnya membuat si surai kelam mengernyit,
"ayo pesta dulu. ini hari terakhir lo numpang di apartemen gue."
dengan tampang datar sunghoon menerima dan membuka kaleng itu dengan mudah. lantas menenggak isinya hingga tersisa setengah. kemudian lanjut lagi fokus dengan garapannya.
"alay lo. gue cuma pulang, bukan mau mati." ujarnya.
"ya siapa tau besok sebelum ke jogja lo mati duluan."
"bangsat!"
"hahahahahhahahah.." tawa jay menguar, "tapi serius gue kira lo bakalan cari kos, ternyata bapak lo nyuruh pulang duluan."
sunghoon mengendik, "gue pikir juga."
tentang percakapan mereka beberapa hari lalu, ketika papa nya menemui rumah jay, saat ada jake yang sakit. bukanlah percakapan dengan otot seperti yang biasa mereka lakukan, namun tentang sebuah negosiasi antara sang papa dengan dirinya, dimana sang kepala keluarga tersebut memintanya untuk kembali ke rumah. sebuah kejadian langka, baru kali ini ia melihat papanya mengalah, luluh terlebih dahulu untuk memintanya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
pengabdi mantan | sungjake
Fanfiction"gimana gue bisa move on kalau bentukan lo aja kayak gini?"