jake hampir terlelap dalam perjalanan pulang. dengan bermodal jaket sunghoon sebagai selimut dan lagu-lagu milik band indie payung teduh, kantuk menguasai nya dalam sekejap. lagipula sunghoon sibuk menyetir tak sekalipun membuka suara untuk mengajak bicara. membuat ia bosan setengah mati.
"bila nanti saatnya telah tibaㅡ
ㅡku ingin kau menjadi istriku."
lantunan indah itu memenuhi seisi mobil, entah mengapa malah membuat jake jadi terjaga lagi. jake sandarkan kepalanya pada kaca samping, dengan pandangan menerawang ke suasana malam jakarta.
ah, ya. tentang pembicaraan sunghoon dengan papanya, sebenarnya jake ingin tahu. namun sekali lagi, ia mengingatkan diri. posisinya bukan siapa-siapa untuk mengetahui terlalu jauh kisah keluarga pemuda arsitektur itu. maka ia hanya diam tak berani bertanya. tapi begitu, tak dapat dipungkiri terbersit rasa lega ketika melihat raut wajah sunghoon yang tampak baik-baik saja. itu artinya tak ada emosi diantara keduanya.
maka dengan kepala berat dan rasa mual yang belum hilang, ia memutuskan untuk kembali ke kos saja. sebentar lagi uas menjelang, banyak deadline tugas yang harus dikejar. tak beda jauh dengan sunghoon yang dibuntuti proyek rancangan, seolah otaknya tak boleh berhenti untuk berpikir.
ya, begitulah beban anak kuliah. nikmati saja, dan percaya bahwa ini adalah masa terbaik daripada saat kita dewasa nanti.
hyundai santa putih milik jay itu telah sampai di depan bangunan kos putra tempat jake tinggal. membuat jake yang barusan ingin merem langsung terperanjat dan bangkit tiba-tiba. langsung mengerang begitu pusing menyerang kepalanya.
"masih pusing ya?" tanya sunghoon dengan raut khawatir, "mau ke rumah sakit aja?"
tangan sunghoon yang bertengger di kepalanya langsung jake tepis, "nggak usah." jawabnya singkat, "makasih udah nganterin. gue masuk dulu."
membuka pintu penumpang, jake segera melangkahkan kakinya keluar mobilㅡ
"jake."
ㅡsebelum sunghoon memanggil kembali. lantas pemuda itu memberikan tiga buah totebag yang ia raih dari bangku belakang, yang dua tulisan minimarket indonesia yang satu lagi nama apotek. membuat jake mengendikkan alisnya bingung,
"vitamin sama sedikit camilan. jangan lupa makan minum obat sama vitamin. habis itu tidur dulu, jajannya buat temen nugas lo kalau udah baikan."
"hoon," jake berucap ketus, "bisa nggak jangan beliin gue makanan mulu? lo itu calon anak kos, cari duit sama kayak gue. kalau ada sedikit penghasilan di tabung. gue kemarin-kemarin morotin karena lo masih kaya, kalau sekarang lo udah miskin. daripada buat beliin gue vitamin mending pikirin deh beli papan sama miniatur buat maket."
lucu. sunghoon jadi tertawa kecil. kemudian ikut keluar dari mobil melalui pintu kemudi. menghampiri jake yang berdiri di depan gerbang.
"makasih atas nasehatnya. tapi ini bukan gue yang beliin. sorry jake, tapi uang hasil ngojol udah habis buat beliin lo apel yang akhirnya nggak lo makan."
jake hampir mengoceh lagi kalau tak segera sunghoon potong,
"ini dari papa gue. dia bilang makasih karena kemarin siang udah meluangkan waktunya buat ngobrol. gue bilang lo lagi sakit makanya tadi dia order vitamin sama ini buat lo. terima ya, pemberian orang tua lho ini."
what? jake menganga. kok bisa? maka dengan ragu ia menerima tiga buah totebag tersebut. mengintipnya sedikit kemudian menganga lagi,
"i-ini serius buat gue? banyak banget.."
KAMU SEDANG MEMBACA
pengabdi mantan | sungjake
Fanfic"gimana gue bisa move on kalau bentukan lo aja kayak gini?"