Taehyung memberhentikan motornya di pinggir jalan raya. Dia melepaskan helmnya kemudian turun dari motor. Pikirannya sangat kacau sampai sampai Taehyung mengacak rambutnya dengan kasar, rasanya dia ingin sekali membuang semua beban yang ada di dalam otaknya untuk sehari saja.
"ARRGHHH!"
Kaleng yang berada di depan Taehyung kini menjadi sasaran, cowok itu menendang kaleng itu hingga terpental ntah kemana. Tenaga yang dia miliki terasa sudah di kuras habis oleh emosinya. Taehyung pun memilih duduk di pinggir jalan sembari memandang kosong kendaraan yang berlalu lalang di depannya.
Taehyung benar benar frustasi dengan semua masalah yang tak ada hentinya. Rasanya dia sudah lelah dengan semuanya, "Gue capek.. Gue kubur semua mimpi gue untuk nolongin gadis itu, gue bahkan relain semuanya! Gue bukan dalang dari semua masalah ini! Tapi kenapa semuanya di timpahin ke gue seakan gue emang pantas dapat penderitaan ini?!" Teriak Taehyung, dia mengeluarkan semua yang di pendamnya selama ini.
Sekitar sepuluh menitan Taehyung terus menangis sembari menundukkan kepalanya, berharap Tuhan benar benar mengambil semua beban yang tak ada habisnya. Suara deringan ponsel dari saku celana Taehyung bahkan tak di hiraukan oleh cowok itu.
Namun karena ponselnya terus saja berbunyi tanpa henti, Taehyung pun dengan terpaksa mengeluarkan ponselnya dan melihat nama penelpon. Ternyata itu panggilan dari Jimin, Taehyung langsung mengangkat telponnya.
"Lo dimana?"
Tanpa basa basi, Jimin langsung menyodorkan pertanyaan pada Taehyung.
"Tempat kerja."
"Gausah bohong, jam kerja lo cuman sampai jam 6, bangsat."
"Gue di rumah."
"Masih bohong aja lo, disitu rame banget gue denger. Pokoknya, sharelock sekarang juga."
Tut tut tut.
Jimin mematikan panggilan tanpa menunggu Taehyung menjawabnya. Sebenarnya Taehyung ingin mengabaikan perintah Jimin, namun jika di pikir Jimin akan terus mengganggunya dengan telpon yang tak ada hentinya sampai Taehyung benar benar memberikan lokasinya sekarang.
Jadi akhirnya Taehyung memutuskan dengan terpaksa untuk mengirimkan lokasinya saat ini pada Jimin. Setelah mengirimkannya, Taehyung kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
Seorang anak laki laki yang usianya sekitar sebelas atau dua belas tahunan, berjalan melewati Taehyung dengan membawa sebuah dagangan kaki lima. Anak itu terus menatap Taehyung, namun Taehyung tak memperdulikannya dia hanya fokus menatap kendaraan berlalu lalang dengan pikiran yang kacau.
Jaraknya dengan Taehyung sudah melewati lima langkah, namun anak itu memutuskan untuk balik arah kembali ke hadapan Taehyung.
"Bang, minum dulu. Tenggorokannya pasti sakit teriak teriak gitu." Ucap anak itu sembari menyodorkan Taehyung sebotol air minum.
Ya, sejak tadi anak laki laki itu memandangi Taehyung dari jauh, niatnya dia ingin melewati Taehyung namun karena melihat Taehyung yang mengamuk sendirian dia merasa takut. Hingga akhirnya setelah Taehyung mulai tenang, dia baru berani melewatinya. Tetapi setelah melihat Taehyung secara dekat, rasa takutnya kini berganti iba.
"Ambil lagi aja, gue nggak haus." Kata Taehyung.
"Yaudah, abang simpen aja kali aja ntar haus kalau teriak lagi." Taehyung yang sedari tadi tak ingin menatap anak itu, kini beralih melihatnya. Pakaian yang kusut dan ada sobekan di bagian bahu, sendal yang kotor dan berbeda bentuknya namun masih di pakai karena menurutnya masih layak untuk di pakainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERCECT DADDY
ФанфикTaehyung tidak menduga jika di umur 18 tahun dia harus bertanggung jawab atas perbuatan yang sama sekali tidak dia lakukan, bahkan dia harus menjadi seorang Ayah untuk bayi yang berada di kandungan Jisoo. copyright @Galleryies, 2021.