5. Gulma

2.8K 272 6
                                    

Warning, adult only!!!!

***

Tak tau siapa yang memulai dan bagaimana bisa terjadi, yang jelas saat ini sepasang lidah tengah saling beradu bersama dengan nafsu yang saling membara.

Cumbuhan, hisapan, dan desahan menjadi iringan ketika kaki mereka bergerak memasuki sebuah apartemen yang bisa dikata cukup luas untuk ukuran orang biasa.

"Aku tidak bisa menahannya lagi," Geram lelaki yang kini menjauhkan wajah sang wanita.

Tangannya melepas kaos yang dikenakannya hingga mempertunjukkan tubuh bagian atasnya yang terpahat dengan begitu sempurna.

"Katakan padaku jika kau ingin melanjutkannya." Desaknya dengan tatapan tajam beserta kesadaran yang berusaha dipertahankannya.

Anggukan lemah sang wanita tak serta merta membuat hati lelaki itu bersorak.

"Aku bertanya sekali lagi, kau benar-benar ingin melanjutkannya?"

"Ya..." Balas sang wanita lirih.

Pandangan lelaki itu mulai menggelap. Nafsu yang ditahannya sudah berada dipuncak dan ingin segera dipenuhi keinginannya.

Dicengkeramnya bahu sang lawan bicara cukup erat namun tak sampai membuatnya kesakitan. "Setelah ini, sekeras apapun yang berteriak memintaku berhenti, aku tidak akan melakukannya. Karena aku tidak akan pernah mengakhiri permainan bila belum saatnya usai."

Dan setelahnya, dengan cepat ia merobek kemeja sang wanita hingga kancing-kancing berhampuran ke lantai. Entah iblis apa yang membuatnya kesetanan seperti itu, sebab ia sejujurnya sangat pandai untuk mengontrol nafsu yang dimiliki. Namun sayangnya hal itu tak berlaku untuk saat ini.

Dilahapnya bibir sang wanita dengan begitu rakus. Tangannya tak hanya berdiam, karena kini telapaknya tengah menyusuri kulit lembut dan berakhir di dada yang sudah tak terlindungi lagi.

"Ahh~~"

Desahan lirih yang keluar dari bibir sang wanita memberikan kepuasan sendiri pada lelaki itu. Padahal ia sudah biasa melakukannya pada banyak wanita. Tapi kali ini, efeknya berbeda. Seakan ada kebanggaan bisa memberikan kenikmatan pada wanita yang tengah melenguh merasakan keindahan demi keindahan yang diberikannya.

"Kau menyukainya?" Tanyanya dengan suara serak setelah melepaskan kulumannya didada sang wanita.

"Kau suka ketika aku memuaskanmu?"

Lelaki itu sungguh hampir gila karena harus berlama-lama menahan gairahnya. Pusatnya terasa berkedut hebat hingga rasanya ingin menggempur wanita yang terlihat pasrah itu dengan sangat kasar dan liar.

"Kau--ingin merasakan kenikmatan yang lebih dari ini?" Ia menatap kedalam netra sang wanita yang kini terlihat begitu pasrah.

Anggukan lemah diberikan oleh wanita itu. "Ya... Jangan pernah berhenti. Aku menyukai sentuhanmu disetiap inchi tubuhku," Balas sang wanita dengan suara seraknya dan lirih yang sialnya terdengar begitu menggoda.

Tangannya bergerak pada puncak dada yang menjadi kesukaannya. Lelaki itu memajukan wajahnya lalu menjilat basah pada telinga sang wanita sebelum berucap dalam.

"Aku akan membuatmu selalu mengingat kenikmatan yang kuberikan malam ini."

Selanjutnya, lelaki itu mengangkat tubuh ringan sang wanita keatas ranjang miliknya. Melepaskan kain yang tersisa dan menyatukan inti tubuh keduanya untuk mencapai surgawi dunia.

Tak ada suara lain yang menemani kecuali desahan, rancauan nikmat serta bunyi ketika dua inti tubuh itu saling bertemu. Menandakan bahwa, kedua manusia itu tengah mengejar kenikmatan duniawi yang sebentar lagi akan didapatkan.

"Kau luar biasa. Tubuhmu menerimaku dengan sangat luar biasa." Geram lelaki itu dengan tubuh yang menghentak semakin cepat dan membuat sang wanita berteriak kencang.

***

Mentari mulai menampakkan diri dengan kehangatannya yang menyinari bumi.

Tapi tidak. Bukan kehangatan mentari yang kurasakan saat ini. Sebab ketika mataku terbuka, ruangan terlihat gelap tanpa ada cahaya sedikitpun.

Dan ketika pundakku merasakan terpaan napas yang hangat, seketika tubuhku menegang.

Mataku mengerjab selama beberapa kali. Mencoba memahami apa yang telah terjadi padaku hingga berakhir seperti ini.

Dengkuran halus yang masuk ditelingaku, membuatku tersadar sesuatu yang besar telah ku lakukan dengan sosok dibelakangku.

Aku tak berbalik. Entah itu hanya untuk melihat wajahnya pun aku tak ingin melakukannya.

Lebih dari itu, aku memilih untuk mengangkat tangannya perlahan yang sebelumnya melingkari pinggangku.

Aku menghembuskan napas lega ketika berhasil memindahkan lengannya tanpa membuat lelaki itu terganggu.

Selajutnya aku bergegas memungut satu persatu pakaianku yang tercecer dilantai dan memakainya kembali dengan cepat.

Tak lupa aku mengambil tas yang terletak di sofa tak jauh dari ranjang sebelum kakiku berusaha melangkah pergi dengan diam tanpa ingin membuat lelaki itu terbangun.

Brengsek memang. Aku meruntuki diriku sendiri karena bagaimana bisa aku terbuai dengan lelaki itu hingga berakhir seperti ini.

Tidak. Hanya untuk kali ini. Dan aku tidak akan melakukan perbuatan murahan ini lagi.

Ya, setidaknya begitulah janji yang ku buat untuk diriku sendiri.

***

Kernyitan dahi menjadi awal dalam kegiatannya membuka mata. Bukan tanpa alasan, tapi hal itu karena ada yang terasa kurang dalam dirinya.

Beberapa kali tangannya bergerak untuk mencari sesuatu, tapi sayang iantak kunjung mendapatkannya.

Hingga terpaksa dirinya membuka mata, dan disaat itu yang ada disampingnya hanyalah sprei kusut tanpa penghuni.

Sontak lelaki itu terbangun. Kepalanya bergerak menyusuri setiap sudut ruangan. Bahkan disaat ia membuka pintu kamar mandi, tak ada seorangpun disana.

Diusapnya surainya kasar. Tidak. Bukan karena apapun, tapi dia merasa seperti ditinggalkan disaat biasanya dialah yang melakukannya.

"Sialan. Apa dia tidak menganggap apapun kejadian kemarin malam?" Geramnya merasa jengkel.

Namun tanpa sengaja, netranya menangkap suatu benda persegi yang tergeletak tak jauh dari ranjang.

Ia pun menunduk untuk memungutnya. Dan jangan lupakan tubuhnya yang masih polos tanpa sehelai kainpun yang menutupi.

Ditatapnya tanda pengenal itu sesaat sebelum matanya tertutup dan dia menghembuskan napas kasar.

"Bajingan. Dominic membuatku meniduri dosenku sendiri." Ungkapnya merasa bodoh.

Tbc

*His hand

*His hand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IMMODERATE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang