29. Terulang

807 84 52
                                    


[I M M O D E R A T E🍷]

Seperti hari-hari biasa, ketika sedang tidak ada kelas aku akan berada dimeja kerjaku sembari mengerjakan beberapa hal yang masih menunggu untuk disentuh.

Ruangan tampak sepi. Hanya segelintir dosen yang ada disini dan tentu saja sibuk dengan urusan masing-masing.

Aku kembali fokus pada laptop didepanku. Jemari bergerak lincah menekan huruf-huruf yang tersebar pada keyboard hingga menyusun sebuah kalimat yang kuinginkan.

Hanya saja, karena terlalu fokus pada apa yang ku kerjakan, aku tak mengetahui jika ada seseorang yang kini duduk didepan mejaku.

"Zee..."

Sapaan dari wanita yang berada tepat didepanku, membuat bola mataku membulat. Sedikit jengah dan jijik disaat bersamaan. Sebab dia sangat berani kembali menghadapkan diri diwajahku. Sungguh wanita itu tidak memiliki urat malu sama sekali.

Meski begitu, aku tetap berusaha mengendalikan diri untuk terlihat tenang. Menghilangkan gemuruh hati yang sejujurnya masih sangat mengusikku.

Bagaimana tidak, seseorang yang ku anggap sebagai sahabat dengan teganya bermain api dibelakang bersama suamiku.

"Untuk apa lagi kau menemuiku?" Tanyaku dengan nada datar yang lekat akan ketidaksukaan.

"Aku ingin meminta tolong padamu, Zee" Ungkap Chloe memohon.

"Dasar tidak tau malu." Gumamku yang ku pastikan masih bisa dia dengar.

Kedua tanganku melipat didepan dada. Tampak angkuh dan menyorot tajam kearah wanita yang sempat menjadi teman hidupku.

"Apalagi yang bisa ku lakukan setelah memberikan suamiku padamu?" Kataku sarkas.

"Raganya memang untukku, Zee. Namun hatinya masih tertinggal padamu."

"Tidak ada cinta yang berakhir dengan mengingkari janji suci. Aku tidak menginginkan untuk bersama Arthur lagi."

"Tapi dia masih berharap memperjuangan rumah tangga kalian dengan mengorbarkan kami."

"Kami?"

"Iya, Zee. Kami. Aku dan anak Arthur yang tengah berada dalam kandunganku ini."

Chloe menunduk. Mengelus perutnya yang masih rata dengan penuh kasih.

"Demi bisa kembali padamu, dia bahkan mematikan hati nurani untuk menghilangkan janin dikandunganku."

"Apa?"

Chloe mengangguk. Seolah menunjukkan bahwa yang didengar olehku adalah kebenaran.

"Dia memintaku untuk menggugurkan janin ini. Darah dagingnya sendiri."

"Apakah dia sudah gila?" Kagetku dengan nada memekik. Sontak tubuhku berdiri setelah menggebrak meja tak habis pikir.

"Bagaimana bisa dia memiliki niat sekeji itu pada calon anaknya sendiri." Kataku masih tak habis pikir. Aku menatap lurus pada wanita yang kini hanya mampu menampilkan senyum tipisnya. Senyum yang berbeda dari sebelumnya. Sebuah senyum yang mengisyaratkan akan kemirisan daripada keangkuhan.

"Karena-- dia masih sangat berharap untuk bisa kembali padamu,"

"Tapi aku sudah tidak sudi dengannya. Aku tidak bisa kembali dengan lelaki yang telah mengkhianatiku."

"Nyatanya ambisinya lebih besar untuk kembali denganmu hingga tega mengorbankan aku dan anakku. Dia tega melepaskan kami untukmu."

"Sial. Kenapa sudah dalam tahap ini aku masih harus berurusan dengan kalian? Jujur saja aku sudah muak dengan kisah rumit ini."

IMMODERATE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang