[I M M O D E R A T E 🍷]
***
"Bagus. Lagi,"
"Ya. Kau sangat hebat,"
"Benar, seperti itu. Kau tampak luar biasa, Carl."
"Oke cukup." Putus sang fotografer.
Detik itu juga Caroline berhenti meliukkan tubuhnya untuk berpose. Memutar tubuhnya ringan untuk menghilangkan lelah.
"Ahh, akhirnya..."
Seorang asisten wanita menghampiri untuk membantunya berjalan menggunakan gaun yang membuat cukup repot bergerak.
"Bagaimana dengan pakaian yang selanjutmya, Rich?"
"Sudah siap, kau tinggal mengganti sedikit tatanan rambut dan riasan untuk menyesuaikan dengan tema pakaian."
Caroline menurut ketika ia diarahkan ke bagian make up dan hair stylist. Seperti biasa perempuan itu hanya akan duduk dan membiarkan orang-orang melakukan pekerjaan mereka.
Meski terkadang memberikan beberapa masukan jika dirasa ada hal yang kurang sesuai baginya.
"Bagaimana? Kau suka?" Ucap make up artist yang sudah seperti temannya sendiri.
"Aku rasa lipsticknya lebih baik overlips. Ombre membuat bibirku lebih kecil dan itu tidak seksi."
Makeup artist itu mengangguk paham.
"Warna apa? Merah? Atau pink?"
"Sepertinya pink lebih baik. Lebih masuk pada konsep."
"Oke,"
Sang makeup artis memoleskan lipstick warna pink seperti yang diinginkan Caroline. Tak lupa dia juga membubuhkan lipsgloss untuk memberi kesan bibir lebih penuh.
"Seperti ini?" Ujarnya setelah menyelesaikan tugas.
Senyum mengembang Caroline terbit karena merasa puas.
"Ya, ini baru luar biasa. Pesonaku pasti membuat siapa saja yang menatapku tak bisa berpaling."
"Ayolah semua orang tau jika kau memang cantik. Tapi ku mohon jangan terlalu membanggakan diri."
Caroline menoleh pada sang make up artist yang menggelengkan kepala.
"Memangnya kenapa? Hanya wajahku yang bisa ku banggakan. Kau tau sendiri jika isi otakku cukup memalukan."
"Sudahlah. Cepat peri ke ruang ganti. Jacob akan mengoceh karena menunggumu terlalu lama."
"Tapi bukankah dia memang cerewet." Bisik Caroline pada temannya itu sebelum pergi ke tempat ganti yang mana sang asisten sudah menunggu.
Semua pakaian dan aksesoris telah melekat pada tubuhnya. Caroline beberapa kali mematut diri didepan cermin dengan desahan kesal yang keluar karena kesal.
Tidak ada masalah dengan pakaiannya, tapi bekas keunguan yang ada di dadanya menjadi masalah karena pakaian yang dikenakannya itu memamerkan cukup banyak kulitnya.
Caroline berdecak sebal. Ia rasanya ingin memukul kepada lelaki yang meninggalkan bekas itu ditubuhnya.
"Sial. Dia tidak kira-kira kalau membuat tanda." Kesalnya.
"Kenapa?" Tanya penata busana ketika mendengar gumaman Caroline.
"Lihatlah," Caroline membuka tangan kirinya yang sebelumnya ia gunakan untuk menutupi tanda keunguan yang ada didadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMODERATE (COMPLETED)
ChickLitTidak ada yang tau bagaimana suatu kisah dimulai dan bagaimana akhir akan terjadi.