6. Cangkok

2.6K 274 27
                                    

Sebelumnya aku mau tanya bagaimaan pendapat kalian tentang cerita ini? Jadi biar bisa mempertimbangkan untuk dilanjut atau tidak. Terimakasih sebelumnya 🍒

***

Gemericik air tak berhenti semenjak beberapa menit lalu. Sudah terlalu lama bagiku untuk membasahi tubuh dengan guyuran air yang mengalir melintasi kulit.

Aku menunduk. Namun tak ada apapun yang terjadi dipikiranku. Semuanya kosong. Aku masih tak percaya atas yang telah terjadi padaku.

Suara ketukan pintu menyadarkan lamunanku. Akan tetapi aku tak berkeinginan untuk segera mempuka pintu tersebut. Sebab aku tau, siapa yang melakukannya.

"Zee, kau sudah selesai?"

Ya, tentu saja itu adalah Arthur. Lelaki yang mengotori pernikahan kami dengan perselingkuhannya.

Tapi--jika dipikir lagi, apa bedanya sekarang aku dengan dia? Bukankah kami sama saja saling menodai pernikahan yang awalnya menjadi janji suci dari dua keterikatan hati.

"Kau tak apa didalam sana?"

Suara ketukan semakin keras memberikan pertanda bahwa seseorang dibalik sana merasakan sebuah keanehan.

"Zee jangan membuatku khawatir. Ku mohon jawablah." Pungkas lelaki itu karena tak kunjung mendapat jawaban.

Aku masih terdiam. Pikiranku mencari alasan mengapa dia masih memperdulikan dan peduli disaat hatiku telah dihancurkannya?

Aku tak tau. Dia memberikan sebuah dilema bagiku. Haruskah aku memaafkannya? Melupakan kesalahannya dan berpura-pura tidak tau apapun? Seperti orang bodoh yang berharap bahwa suatu saat dia akan kembali pada porosnya.

Disisi lain, seorang lelaki tengah dilanda kekhawatiran yag teramat sangat ketika istrinya tak kunjung keluar dari kamar mandi. Ia hanya mendengan suara gemericik air, namun tak ada pergerakan lainnya.

Digedornya pintu itu dengan tergesa. Sungguh hatinya seperti dilanda kegelisahan yang teramat sangat.

"Zee..!! Jika kau tidak keluar aku akan mendobrak pintunya," Pungkas Arthur dengan nada meninggi.

Tubuhnya sudah bersiap untuk menghantam pintu yang masih sedia terkunci dari dalam. Hanya saja beberapa detik sebelum Arthur melakukannya, gerakan pintu yang terbuka perlahan entah mengapa seperti memberikan siraman es yang menyejukkan dirinya seketika.

"Zee..." Lirih lelaki itu ketika melihat sang istri berdiri didepan pintu dengan tubuh yang terlilit bathrobe.

Kakinya melangkah mendekat. Lengannya terangkat untuk membelai lembut wajah yang terasa begitu dingin dipermukaan tangannya.

"Kenapa lama sekali, hmm? Kau membuatku takut." Kata Arthur penuh kasih.

Sayangnya kelembutan lelaki itu tak bersambut. Sebab tangannya yang sebelumnya berada diwajah sang istri kini terlepas akibat tepisan kasar.

"Minggir. Aku tak memiliki banyak waktu." Ucapku saat menolak sentuhannya yang membuatku muak.

Setelahnya aku beranjak pergi tanpa memperdulikan reaksinya. Hatiku sakit. Dan aku merasakannya setiap aku menatap wajahnya. Kesakitan itu begitu nyata hingga sangat nyeri dan menyesakkan.

Aku tak tau. Aku tak tau apa yang harus ku lakukan sebagai seorang istri untuk memperbaiki rumah tangga kami. Dan yang menyedihkan adalah, apakah pernikahan ini masih bisa dipertahankan?

"Jangan bersikap seolah kau peduli padaku. Kau sudah merusak semuanya Arthur. Kau sudah menghancurkanku," Batinku dengan perasaan yang tersayat.

IMMODERATE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang