[I M M O D E R A T E 🍷 ]
***
"Sayang, kau banyak diam akhir-akhir ini. Ada sesuatu yang mengganggumu?"
Lelaki yang semenjak tadi enggan membuka suara, melirik sang wanita singkat sebelum menjawab.
"Aku hanya lelah." Bohongnya.
"Tidak ada masalah dengan pekerjaan kan?" Tanyanya lagi memancing agar kekasihnya tak melulu diam seperti patung.
"Hmm." Balas lelaki itu dengan sebuah deheman.
"Syukurlah kalau begitu. Jangan terlalu berat bekerja, kalau perlu ambil lah libur beberapa hari." Saran wanita itu dengan sangat pengertian. Sebuah perhatian yang selalu dicarinya ketika tak mendapatkan dari sosok yang dia harapkan.
"Aku baik-baik saja."
Sang wanita yang bergelayut manja seraya duduk dipangkuannya mencoba untuk tidak berdengus kesal. Sebab, entah apa yang terjadi pada lelakinya, hingga sifatnya berubah begitu dingin.
"Oh iya. Sebentar lagi perceraianmu dan Zeline akan diputuskan. Aku tidak sabar untuk menantikannya." Pungkasnya mengalihkan pembicaraan dengan topik yang lebih menarik. Ya, setidaknya itu yang dia kira. Sebab respon sang lelaki setelahnya sangat berbanding terbalik.
"Bisa kau tidak membahas hal itu?" Ujar Arthur datar. Hatinya masih belum mampu untuk menerima kenyataan tersebut.
Dia kira melepaskan Zeline adalah keputusan yang tepat. Dia kira semuanya akan baik-baik saja dengan dia yang akan mencoba menangani hatinya selama ini.
Tapi ternyata tidak. Apa yang terjadi tidak semudah yang dia pikirkan. Rasa cinta itu semakin melambung tinggi. Membuat dirinya semakin sesak ketika pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Zeline yang dia kecewakan dengan sangat hebat.
"Aku benci jika terus mengingatnya."
Sudah dua bulan semenjak pertemuan terkahir mereka. Persidangan sudah hampir menemukan titik akhir. Arthur memilih untuk absen dipersidangan dan hanya menyerahkan pada kuasa hukum.
Bukan apa-apa, Arthur tidak siap untuk melihat wanitanya yang kini sudah tak mampu ia gapai. Ia tak sanggup untuk tidak menerjang sang wanita dan membawanya kedalam pelukan eratnya seraya mengatakan penyesalan yang tiada akhir.
Maka dari itu, ia memilih untuk tidak mendekat. Sebab hati itu masih tidak bisa ia urus untuk menerima kenyataan perpisahan mereka.
"Kau benar. Memang lebih baik membahas tentang hubungan kita saja."
Chloe terlihat bahagia. Setiap kata yang terucap terasa begitu ringan dilidahnya. Sebab, akhirnya, penantian panjang yang dia tunggu berbuah hasil. Kesabaran yang selalu dia pertahankan memberikan timbal balik yang tidak mengecewakan.
Meski--ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya mengenai sikap Arthur yang menurutnya tidak seperti biasa.
"Arthur, aku ingin kita segera menikah setelah perceraianmu diputuskan oleh pengadilan. Menjadi simpanan sangatlah tidak enak. Aku tidak bisa menunjukkan cintaku padamu didepan umum. Dan itu membuatku sedih." Wanita itu berceloteh ringan menyuarakan isi hatinya.
Akan tetapi berbeda dengan Arthur. Lelaki itu seperti kembali disadarkan oleh sebuah kenyataan dengan begitu keras.
Kelopak matanya berkedip perlahan. Kesadarannya telah mulai bekerja ketika menatap lurus wanita yang berada dipangkuannya.
Sekaranglah waktunya untuk mengambil keputusan.
Begitulah yang ada dipikirannya setelah menimbang banyak selama beberapa hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMODERATE (COMPLETED)
ChickLitTidak ada yang tau bagaimana suatu kisah dimulai dan bagaimana akhir akan terjadi.