26. Sejauh Mana

2.6K 155 45
                                    

[I M M O D E R A T E🍷]

Sinar mentari telah muncul, mengintip terang dibalik tirai jendela yang masih tertutup rapat. Menandakan bahwa hari tak lagi pagi.

Sudah 10 menit semenjak Marvin membuka mata. Akan tetapi ia masih setia memandangi sosok yang terlelap indah dihadapannya.

Dimainkannya surai sang wanita. Menyisihkan agar ia dapat leluasa menatap wajah cantik Zeline tanpa halangan.

"Jangan pernah pergi," Lirih lelaki itu sembari memandang nanar.

Setelah mengatakan kalimat yang berasal dari dalam hatinya itu, Marvin memilih untuk beranjak dari tempat tidur. Dia bergerak pelan. Sangat pelan sebab enggan menganggu wanita yang pasti kelelahan akibat aktifitas mereka semalam.

Diambilnya celana training untuk dipakai. Menutupi tubuh bagian bawah dengan tetap mengekspos bagian atas yang tak terselimuti sehelai benang. Menampilkan otot perutnya yang tercetak begitu pas dan sempurna.

Lelaki itu pun meninggalkan ranjang. Menuju dapur, menyiapkan sarapan untuk Zeline ketika terbangun nanti.

***

Bibirku melenguh protes ketika merasakan sesuatu yang beberapa kali menciumi wajahku. Hingga terpaksa, mau tidak mau aku pun membuka mata.

Tepat didepanku, Mavin tersenyum tanpa rasa bersalah. Bagaimana tidak, ia menganggu waktu tidurku setelah begitu lelah atas apa yang dia lakukan padaku semalaman. Dan aku pun baru menutup mata saat hampir mencapai pagi setelah merengek agar dia membiarkanku tidur.

"Jangan mengganggu ku." Protesku dengan suara serak ketika wajahnya berada di leherku. Menggelitik dengan rentetan kecupan ringannya.

"Aku bilang berhenti. Kau membuatku geli." Adu ku yang tidak dipedulikannya.

Lelaki itu malah tampak senang dengan bibir yang merekah tapi menjengkelkan buatku.

"Waktunya sarapan, Zee. Kau perlu mengisi ulang tenagamu." Ucapnya setelah menjauhkan diri untuk menatapku.

Bibirku mendecih pelan sembari menghunuskan tatapan sinis. Kesadaranku rasanya dipulihkan paksa atas tingkahnya yang sungguh sangat mengganggu.

"Aku hanya butuh tidur sekarang. Kau sudah membuatku begadang semalaman agar terus memgikuti permainanmu."

Marvin menyengir tanpa dosa. Sungguh rasanya aku ingin mencakar wajahnya yang menampilkan kepolosan palsu itu. Merasa tak memiliki beban setelah membuat tubuhku seperti remuk redam tanpa tulang.

"Maaf, Zee. Aku tidak bermaksud melakukannya. Hanya saja, kau pasti tau hal itu diluar kapasitasku." Katanya ringan.

"Diamlah. Kau semakin membuatku kesal." Ucapku ketus dan berencana membalikkan diri untuk memunggunginya.

Hanya saja ia menahanku dan malah memutar tubuh hingga berada diatasku. Tatapannya berubah. Alisnya bergerak naik turun menggodaku yang membuatku jengah.

"Haruskah kita bermain sehingga kau tidak perlu kesal?"

"Jangan macam-macam. Aku tidak mau melakukannya lagi."

"Tapi aku harus bertanggung jawab atas kekesalanmu, Zee."

"Tidak perlu. Aku mau sarapan." Tolakku dengan menepis tangannya yang mencoba meraih suraiku.

Marvin tak masalah. Ia sama sekali tak tersinggung dengan sikap kasar yang ku berikan. "Kau mengatakan tidak ingin sarapan tadi,"

"Menyingkirlah dari atasku, Marv." Selaku cepat.

IMMODERATE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang