30. Meletakkan

1.5K 120 52
                                    

[I M M O D E R A T E 🍷]

Tubuh dan otakku tengah merasakan kelelahan yang sama. Bagaimana tidak, adu argumen yang ku lakukan dengan Arthur berjalan sulit. Lelaki itu masih dengan keras kepala ingin mempertahankan niat awalnya untuk kembali bersama.

Namun meski begitu aku tetap tak bisa meninggalkan Marvin sendiri. Maka yang ku lakukan adalah, pergi ke apartemennya untuk melihat bagaimana keadaan lelaki itu.

Itulah mengapa aku berdiri didepan apartemennya. Membawa bubur hangat untuk sarapan lelaki itu yang ku beli dalam perjalanan kemari.

Aku tak perlu memencet bel pintu, karena sungguh tempat ini sudah selayaknya rumahku sendiri yang memiliki akses keluar masuk. Maka yang ku lakukan adalah menekan beberapa nomor yang digunakan Marvin sebagai sandi apartemennya.

Kaki ku melangkah masuk. Kesunyian menyabut diriku, namun ternyata tak hanya itu benda-benda berceceran di lantai pun tak luput membuatku terkejut. Terlebih---di dinding tertempel sebuah balon yang bertuliskan, 'Selamat Ulang Tahun Zee'.

Seketika aku membeku. Tunggu,apakah Marvin menyiapkan semua ini kemarin? Dan--- dia marah ketika aku tidak bisa datang. Kue terlihat mengotori dinding, dekorasi rusak, dan terdapat pecahan kaca dilantai. Hal-hal itulah yang membiatku menyimpulkan demikian.

Tapi--bukankah lelaki itu tengah sakit? Atau--dia hanya?

"Apa yang kau lakukan disini?"

Aku tersentak dari lamunanku akibat suara datar yang tiba-tiba terdengar. Tubuhku berbalik, dan tepat didepanku Marvin berdiri hanya dengan celana. Surainya tampak berantakan dan bagian atas tubuhnya polos tanpa sehelai kain. Namun ketika mataku menatap semakin tajam, aku menemukan banyak bekas keunguan yang tercetak di seluruh kulitnya.

"Aku bertanya, untuk apa kau datang?"

Ekspresi lelaki itu masih seperti sebelumnya. Datar seakan aku adalah orang asing yang baru saja memasuki hidupnya.

"Aku---"

"Oh, kau tampak perhatian datang dengan membawa makanan. Tapi sayangnya kau tak perlu melakukan itu."

"Kau marah, Marv?"

Kini ekspresinya telah berubah. Dia tekekeh pelan. Tapi entah mengapa aku masih tak menyukainya.

"Tidak." Sangkalnya tegas." Untuk apa aku harus marah padamu?" Alisnya terangat seakan tengah meremehkan diriku.

"Kau, menyiapkan kejutan untukku. Dan aku tidak--"

"Oh itu. Tenang saja. Kau tidak perlu merasa bersalah, Zee. Waktu dengan suamimu lebih penting daripada apa yang telah ku persiapkan semua,"

Sekarang aku tau jika dia marah padaku. Terdengar dari ucapan sarkasnya.

"Aku memang tidak bisa datang karena ada yang harus ku selesaikan dengan Arthur. Tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan, Marv." Balasku berusaha menjelaskan. Akan tetapi sepertinya itu hal yang percuma.

"Tidak peduli jika itu seperti apa yang ku pikirkan atau tidak. Aku sudah tidak memperdulikan apapun padamu. Jadi sekarang kau bisa leluasa menghabiskan waktumu dengan Arthur tanpa harus memikirkanku. Kembalilah pada suamimu. Kau tidak memiliki prioritas untuk berada disini lagi."

Aku tercengang dengan sikap Marvin yang tengah mengusirku. Namun yang lebih membuatku tak mampu berkata adalah, seorang perempuan yang kini menghampiri kami berdua.

Penampilannya tampak baru saja bangun tidur. Dengan sebuah dress satin tipis berwarna putih yang menutupi kulit mulusnya.

"Ada apa Marv? Kenapa ribut sekali?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMMODERATE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang