28. Kurang Mengenalnya

748 75 77
                                    


[IMMODERATE 🍷]

Arthur membantu Chloe yang masih dalam keadaan lemah untuk menuju kamar wanita itu. Chloe sudah diperbolehkan pulang ketika mendapatkan suntikan infus untuk mengisi cairan tubuhnya yang kurang asupan gizi.

Tak ada percakapan dalam perjalanan. Semenjak dokter mengabarkan tentang kondisi wanita itu, Arthur rasanya terguncang oleh kemungkinan yang membuatnya ketakutan.

Ia takut akan rencananya. Ia takut akan usahanya. Ia takut cintanya yang tengah diperjuangkan akan kembali hilang akibat sebuah hal yang bahkan tak pernah terbayangkan oleh lelaki itu.

Arthur meletakkan beberapa obat yang telah diresepkan pada laci. Ia termenung sebentar, lalu berbalik untuk memandang pada sosok yang terduduk di ujung ranjang dengan wajah yang kontras akan apa yang dirasakannya.

Ia mengepalkan kedua telapaknya. Berusaha menguatkan diri bahwa ini tidak mungkin terjadi.

"Itu---bukan milikku kan?" begitulah kalimat pertama yang keluar dari tenggorokannya yang sesak setelah sekian lama.

Wanita yang sebelumnya mengelus ringan perutnya dengan perasaan bahagia kini mendongakkan kepala. Senyum yang sebelumnya tampak bersinar kini telah hilang. Berganti dengan sebuah keterkejutan yang lebih menekankan pada ketidakpercayaan.

"Diperutmu itu. Dia bukan milikku kan, ?" Ulang Arthur memastikan.

Bagaikan mendapat tusukan pedang yang menembus diri, Chloe merasakan sakit pada hatinya. Sebuah sakit yang bahkan tak menimbulkan luka. Tapi sakit itu terasa begitu nyata baginya.

"K--kau-- meragukannya? Kau meragukan darah dagingmu sendiri, Arthur?"

Netranya berkaca karena sikap penolakan Arthur pada kandungannya. Bagaimana bisa Arthur berbicara seperti itu dimana hanya pada lelaki itu Chloe memberikan tubuhnya?

Ia berdiri. Membawa tangan lelaki itu untuk diletakkan pada permukaan perutnya yang masih datar. Hanya saja, ia tak bisa mencari empati dari Arthur. Sebab, lelaki itu menahan tangannya hingga Chloe tak bisa membuat Arthur merasakan bagaimana sebuah kehidupan telah tumbuh dalam rahimnya.

"Aku sudah tidak pernah menyentuhmu lagi, Chloe. Jangan mencoba menjebakku dengan kehamilanmu itu."

Bak dipukul dengan godam yang begitu kencang, wanita itu memaku ditempatnya. Air matanya telah luruh. Membasahi kedua pipi yang sudah diusahakan untuk tetap kering. Telihat kuat akan tetapi pada akhirnya tetap saja tak bisa mempertahankan keteguhan hatinya.

"Bagaimana bisa kau mengatakan itu, Arthur?"

Ada kilat bersalah ketika melihat wanita didepannya yang tampak kesakitan akibat ucapannya.

"Bagaimana bisa kau mempertanyakan keberadaan buah hatimu sendiri?"

Wanita itu menggeleng lemah. Tak percaya dengan kenyataan yang sangat menyakitkan selama hidupnya. Sesuatu yang seharusnya menjadi kabar gembira bagi setiap calon orangtua, akan tetapi berakhir menjadi penolakan akan kehadiran janin mungil yang bahkan belum mengerti tentang dunia.

"Dokter menjelaskan usianya hampir 8 minggu. Dan kau masih berhubungan denganku saat itu. Ini anakmu, Arthur. Didalam rahimku telah tumbuh buah hati kita."

"Tidak!!" Sela Arthur keras. Ia masih berusaha menyangkal kebenaran itu.

"Tidak. Kita tidak bisa, Chloe. Kita tidak bisa membiarkannya hidup dengan satu kasih sayang orangtua."

"Apa maksudmu, Arthur?" Tanya Chloe menuntut kejelasan. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang dilontarkan dari sosok yang begitu sangat dicintainya itu.

IMMODERATE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang