Revisi part 7 kemarin, tidak sama dengan sebelumnya🙏🙏
***
Kegiatan bimbingan berjalan cukup cepat meskipun terdapat kecanggungan yang menyertai.
Hanya saja aku tak habis pikir ketika pemuda didepanku ini tampak tak memiliki beban apapun. Seakan apa yang terjadi semalam merupakan sebuah hal yang biasa baginya.
Berbeda denganku yang sangat tidak nyaman dengan interaksi kami saat ini.
"Seharusnya, kau bisa mencari lebih banyak teori untuk mendukung judul penelitian. Tapi sepertinya akan sulit mengingat judul yang kau gunakan masih sangat jarang digunakan. Tapi intinya terserah, mau mengganti judul atau melanjutkan dengan konsekuensi yang ada. Ada pertanyaan?" Jelasku panjang, hanya saja ketika aku mengecek kepahamannya, dia tampak tak memperhatikan apa yang ku katakan.
Ku letakkan kembaran kertas miliknya diatas meja lalu menatapnya lurus. "Sebenarnya kau mendengarkan atau tidak,"
Tapi pemuda itu malah tersenyum dan aku sangat tak menyukainya.
"Oh, maaf Miss Graisy. Saya terlalu fokus mendengarkan suara anda hingga tidak sadar jika anda telah selesai." Balas pemuda itu.
"Apa kau sedang meremehkanku?" Pungkasku dengan geram.
Pemuda itu melambaikan tangannya ke udara. "Anda salah paham. Saya tidak sedang meremehkan anda."
"Lalu jika tidak meremehkan, tindakanmu barusan itu dinamakan apa?"
"Mendengarkan dengan seksama. Seperti yang saya ucapkan sebelumnya." Balasnya.
Bola mataku memutar malas ketika dengan mudahnya ia melontarkan jawaban itu.
"Oke, berarti sudah tidak ada yang harus dibahas lagi." Simpulku."Kalau begitu kita akhiri bimbingan hari ini."
Tanganku berkerja cepat untuk mengemasi barang yang tercecer di meja. Namun pergerakan tersebut harus terhenti sebab jantungku seketika seperti merasakan pukulan godam saat mendengar ucapannya.
"Anda pulang pakai apa tadi pagi?" Tanya pemuda itu dengan pelan. Ia bertanya merujuk pada kejadian pagi yang tak ada sosok disamping tempat tidurnya.
Aku tak siap mendapatkan pertanyaan itu. Sebab otakku masih terus mencerna bagaimana bisa aku melakukan hal bodoh seperti semalam.
Ku coba menelan ludah meskipun tenggorokanku terasa mencekik. Kepalaku menoleh kaku kearahnya. Menatap dengan kegugupan yang berusaha ku redam dalam netraku.
"Aku tidak mengerti yang kau bicarakan."
"Saya tidak tau apa yang membuat anda bersikap seperti ini. Tapi saya tidak---"
"Sesi bimbingan sudah berakhir. Aku harus pergi. Ada mahasiswa lain yang juga butuh bimbingan." Selaku.
Aku pun lebih mempercepat apa yang tertunda beberapa saat lalu. Karena dalam pikiranku, menjauh dari pemuda itu adalah poin utama saat ini.
Setelahnya aku pun berdiri. Namun sebelum pergi, aku berusaha untuk bersikap normal meskipun detak jantungku bergemuruh kuat.
"Aku berharap kau bisa mengerjakan dengan cepat. Agar kau tak perlu menambah semester lagi."
Dan tepat ketika kalimat itu berakhir, kakiku menuntun dengan sendirinya untuk mendekat ke arah pintu.
Pemuda yang masih terduduk ditempatnya itu menaikkan alisnya sebelah. Oh, dia baru memahami bagaimana permainan dilakukan.
Wanita itu beranjak dari tempatnya. Ia berjalan melewati dirinya seakan hubungan mereka hanyalah sebatas dosen dan mahasiswa biasa. Padahal semalam, dia tau apa yang terjadi diantara mereka bukanlah hubungan dosen dan mahasiswa pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMODERATE (COMPLETED)
Chick-LitTidak ada yang tau bagaimana suatu kisah dimulai dan bagaimana akhir akan terjadi.