11. Coba Saja

2.2K 237 9
                                    

Mentari telah menggantung tinggi dilangit membuatku bersyukur karena pada akhirnya aku bisa kembali ke rumah setelah kenyataan yang menyakitkan kemarin.

Tapi tunggu, apakah masih pantas tempat ini ku sebut dengan rumah disaat yang terukir dikepalaku hanyalah sebuah kesakitan.

Kaki ku dengan ringan melangkah. Aku pulang di waktu yang seperti saat ini bukan tanpa alasan. Sebab aku tau Arthur pasti sudah berangkat bekerja sehingga aku tak perlu beradu argumen mengenai kepulanganku.

Entahlah, meski aku bersikap tak peduli, tapi masih ada perasaan takut ketika melakukan sesuatu yang ku tau adalah sebuah kesalahan.

Aku berjalan lurus menuju kamar tidur. Mengganti pakaian yang lebih nyaman dan beristirahat sejenak dari kelelahan psikis yang ku alami.

Tak ada perasaan khawatir atau semacamnya, sebab aku sangat yakin pasti Arthur tengah bekerja atau mungkin saja sedang bertemu dengan selingkuhannya.

Sayangnya anggapan itu hanyalah sebuah angan, sebab tepat ketika aku membuka pintu, disitulah Arthur tengah berdiri dengan wajahnya yang mengeras merah.

"Istri macam apa yang tidak pulang dan memberi kabar sedikitpun pada suaminya."

Aku diam

"Kemana kau semalam? Dengan siapa kau menghabiskan malammu?"

Tak membuka mulut.

"Jawab atau ku robek mulutmu, sialan.!!"

"Aku berada di rumah kenalanku."

"Siapa? Kenalan siapa yang maksud, karena aku tau Chloe tidak bersamamu."

"Tepat sekali. Karena kau yang menghabiskan waktumu dengan sahabatku. Benar bukan suamiku?"

Arthur mematung sebentar.

"Bicaramu melantur. Kau berbicara sembarangan."

Aku tertawa keras. Menertawakan diriku sendiri yang dengan bodohnya masih bersikap tenang didepannya.

"Lucu sekali. Padahal semalam aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Aku melihatnya Arthur, aku melihat kalian berciuman didepanku."

Mataku berubah sedih. "Sejak kapan kau pandai berbohong, Arthur? Seberapa banyak kebohongan yang kau sembunyikan denganku. Oh atau jangan-jangan kalian juga memiliki anak haram dibelakangku.?"

"Berhenti berbicara Sialan!!"

Lelaki itu bersikap kasar dengan mencengkeram kedua sisi pipiku menggunakan tangannya yang kekar. Aku mendesis sakit.

"Berhenti bicara omong kosong." Desisnya tajam. "Jangan bertindak sebagai korban, Zee. Disini kau lah yang bersalah"

"Bajingan." Ucapku tajam dengan kesakitan yang menjalar diseluruh wajahku.

Mata Arthur melebar kaget. Sungguh baru kali ini lelaki itu mendengar Zeline berucap begitu kasar.

"Dasar bajingan. Bisa-bisanya kau bersikap tak berdosa disaat aku sudah mengetahui perselingkuhanmu dengan Chloe."

Tangan Arthur melemah. Membuatku dengan mudah melepaskannya dari wajahku.

"Hebat sekali bukan. Dua orang yang sangat ku percaya ternyata saling bekerjasama untuk menusukku. Kalian benar-benar hebat." Sinisku dengan tepukan tangan yang terdengar.

Aku memandangnya dengan angkuh. Menunjukkan bahwa kebohongannya sekarang sudah tak dapat disembunyikan. Dia hanyalah seekor tikus yang ketahuan mencuri makanan tanpa permisi.

Namun wajah angkuhku berubah ketika kekehan pelan yang diberikan Arthur. Membuatku kebingungan dan tak mengerti dengan jalan pikirannya.

"Oh... Jadi itu yang membuatmu merasa pantas untuk tidur dengan lelaki lain, Zee? Kau ingin balas dendam padaku dengan menyulut bara api untuk membakar kita. Begitu?"

Sontak aku membeku ditempatku. Tidak. Aku tidak tidur dengan lelaki lain dengan sengaja. Arthur salah.

Semua ini karena dia. Jika dia tidak mengkhianatiku maka semuanya tidak pernah terjadi. Malam itu, sakit hatiku, semua ini karena Arthur hingga hidupku menjadi berantakan seperti ini.

"K--kau..."

"AKU TAU ZEE!! AKU TAU KAU JUGA TIDUR DENGAN LELAKI LAIN DIBELAKANGKU!!" Teriaknya keras tepat didepan wajah sang istri. Dia memegang kuat kedua pundak Zeline seakan ingin meremukkan tulang-tulangnya.

Lelaki itu sudah seperti kesurupan ketika kembali mengingat kenyataan yang begitu mengejutkan baginya.

Emosiku kian tak terbendung. Beraninya dia memperlakukanku seperti itu. Beraninya Arthur membuatku seolah aku yang bersalah disini.

"LALU APA? KAU TIDAK BERHAK MARAH KEPADAKU. KARENA KAU PUN SAMA. BAHKAN KAU DAN CHLOE, KALIAN--KALIAN BERMAIN DIBELAKANGKU TERLEBIH DULU." Balasku tak mau kalah. Napasku berhembus kasar setelah meluapkan kemarahan yang begitu menyesakkan.

"Berhenti bersikap seolah kau berhak atas semua tentang diriku lagi. Karena kau sudah tidak memiliki hak atas diriku." Peringatku padanya.

Ku tepis kedua tangannya kasar. Hendak pergi dari hadapan lelaki yang sangat ku benci ini. Tapi aku tak bisa. Sebab ia dengan cepat menahan lenganku.

"Kau masih istriku."

"Lepas."

"Suka atau tidak, pada kenyataannya kau masih istriku dan mrnjadi tanggung jawabku." Kata Arthur memperjelas dan membuatku semakin muak.

"Kalau begitu, mari bercerai."

PLAK

Dan yang tidak ku percaya, kalimat itu membuatku mendapatkan sesuatu yang tak pernah ku duga dalam hidupku. Ya. Arthur menamparku dengan tangannya hingga pipiku terasa begitu kebas.

"Beraninya kau mengeluarkan kalimat itu." Desis lelaki itu dengan marah. Rahangnya mengetat dan gigi-giginya saling bergemelatuk.

"Kau akan hancur karena keserakahanmu." Balasku menantang tanpa memperdulikan kesakitan wajah dan hatiku karena luka yang diberikan oelhnya.

"Apa semua sikapmu iki karena lelaki itu?"

"Apa bedanya denganmu. Dan jangan menyangkut pautkan orang lain dalam kesalahanmu."

"Akan ku bunuh dia."

Semua menjadi hening. Aku sangat terkejut dengan kalimat yang dilontarkan Arthur.

"Jangan gila."

"Aku sungguh akan membunuhnya. Tak ada seorangpun yang boleh memilikimu selain diriku." Ucap Arthur tanpa keraguan.

"Maka aku pun akan membunuh selingkanmu. Karena siapapun tak boleh bahagia diatas pemderitaanku."

Ku sentak tanganku lalu menatapnya tajam.

"Coba saja. Maka kau benar-benar akan melihat selingkuhanmu mati ditanganku." Kataku sebelum pergi meninggalkan lelaki yang berdiri ditempatnya dengan keterkejutan yang teramat sangat.

Keduanya gila. Dua orang ini sangat gila dengan sifat yang tak pernah dibayangkan. Oleh sebab itu--jangan pernah menyalakan api jika tidak ingin ada darah yang terbuang pada kisah mereka.

Tbc.

*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IMMODERATE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang