~DUA PULUH SEMBILAN.

135 17 6
                                    




Yuri tengah sibuk berkutat di depan layar komputer. Mengubah, mengedit serta menyatukan musik yang telah ia buat dan rekam di ruang musik berukuran sedang ini. Ia belum sempat membawa Wonyoung kesini, padahal dia akan menunjukkan musik buatannya kepada Wonyoung disini tapi ternyata nasib berkata lain. Meski begitu, dia tetap ingin melanjutkan pekerjaannya yang satu ini.

Ketukan pintu membuatnya menoleh lalu melepaskan headset yang ia pakai di telinga nya. Yang datang adalah Yena, orang itu selalu ada untuknya, karena Yena termasuk orang yang peka terhadap Yuri, walaupun Hyewon juga. Yang Yuri suka dari Yena adalah Yena selalu tulus membantu Yuri.

Yena mengambil salah satu kursi di sana lalu duduk didepan meja Yuri, "Makan dulu yuk, Lo gak lapar ?"

Yuri menggeleng di balik layar komputer yang menutupi setengah wajahnya, "Ada apa kesini ?"

"Ya mau main aja, gabut dirumah"

"Ohー, Hyewon ?"

"Hyewon, bokapnya baru pulang tadi dia mau ikut kesini, tapi gak jadi. Mau temu kangen dulu katanya"

Yuri mengangguk, setelahnya hening beberapa saat. Yena berdiri dari kursinya lalu berjalan ke arah Yuri, "Yur, ayo! Gue udah beli pizza kesukaan Lo, Lo masih gak mau makan juga ?"

Yuri memutar kursinya menghadap Yena yang berdiri di sampingnya, "Gue gak nafsu Yen, Lo tau sendiri kan"

"Tau banget kok. Tapi gue tau Lo lapar, jadi gue beli itu. Lo sendiri yang bilang kan kalau makan harus dihabisi, jadi ayo bantuin abisin, nanti nyokap Lo kecewa Lo gak ngabisin makanan" kartu AS sudah dikeluarkan Yena, kalau Yuri sudah mendengar kata-kata itu berarti Yuri mau tidak mau harus menurut daripada membuat Mama nya kecewa

Yuri berdecak, "Iya iya. Bisa banget dah lo bawa-bawa orangtua"

Yena tersenyum penuh kemenangan, "Kan faktanya begitu, nyokap gue juga bilang begitu. Ayo ah"

"Enak juga ya kelihatannya" ujar Yuri yang melihat makanan yang bawa Yena diatas meja dapur

"Enak lah. Lo selalu habis kalau makan ini, pizza Mozarella ini. Yuk makan"

"Gimana perasaan Lo ?" Yena mengambil slice pizza lalu memakannya

"Ya gitu deh. Minggu depan kalo masih kayak gini juga pas sebulan gue marahan sama wonyoung"

"Tadi Lo buat lagu itu untuk dia ?"

Yuri mengangguk, "Bikin musiknya sih, liriknya udah gue buat dari jauh-jauh hari sebelum kejadian itu"

"Masih bucin juga Lo ternyata walaupun disakitin dia" Yena terkekeh

Yuri mengulas senyum sedih, "Gue gak bucin. Cuman ya ini nanggung aja kalau gak dilanjutin. Dengan atau tanpa adanya Wonyoung, gue bakalan tetap lanjutin, gue mau kasih lagu ini ke dia, entah gimana caranya"

Hening.

"Lo.. masih mau pertahanin dia ?" Tanya Yena di sela-sela keheningan mereka

"Mau, gue bakalan tetap pertahanin dia"

"Kenapa ?"

"Ya karena dia pantas buat gue pertahanin. I still love her, I still like her, my feelings never change, It's still the same. Even our heart is farーno, her heart is far from me but i still love her"

"Gue gak mau Yen dia jadi sengsara sendiri karena salah paham ini, karena itu gue berjuang biar seenggaknya dia tahu kalau dia itu salah paham sama gue"

Hi, Penggemar rahasia! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang