~DUA PULUH TUJUH.

155 15 4
                                    


Yuri terbangun karena merasa kegerahan. Baju Piyama sudah basah, terlebih lagi Air Conditioner di kamarnya dimatikan. Pusing di kepalanya sudah menghilang dan demamnya sudah turun walaupun badannya masih terasa lemas.

"Gue ketiduran sampe malam ya, kasian Wonyoung jadi pulang sendiri" gumamnya

Setelah duduk sejenak di pinggir kasur, ia pun berdiri untuk mengganti baju piyamanya dan juga jaket Wonyoung yang ia pinjam darinya dilepas. Samar-samar tercium aroma parfum strawberry Wonyoung dari jaket itu.

"Makasih sayang" ia bermonolog lagi sambil mengingat momen nya dengan Wonyoung siang tadi.

Rupanya ia sudah beberapa kali berganti baju piyama terlihat dari tumpukan piyama miliknya di sofa kamarnya.

"Sebanyak itu ya keringatnya sampe tiga kali ganti piyama ?"

Setelah selesai berganti piyama lagi, ia menyalakan air conditioner nya dan mengenakan kembali jaketnya. Dia celingak celinguk kesana kemari mencari ponselnya yang ternyata sedang di charge di atas nakas.

"Mungkin Wonyoung yang charge kali ya ? Gue gak ngerasa ngecharge hp"

Ia memeriksa ponsel itu, dan beberapa pesan masuk muncul di notifikasinya, namun sayangnya Wonyoung tidak memberinya kabar, ia tidak melihat pesan masuk dari Wonyoung.

"Mungkin dia kecapean kali ya, jadi gak ngabarin gue, yup positive thinking aja Yuri" begitu pikirnya.

Alih-alih kembali tidur, ia malah berjalan ke arah meja belajarnya, mengingat kalau dirinya besok masih ada Ujian Sekolah dan dia harus masuk, lagi pula dirinya sudah merasa lebih baik dari sebelumnya, jadi tidak ada alasan untuk tidak masuk. Dia mengecek jadwal ujian besok lalu membuka buku nya.

Dia melirik sejenak ke arah jam. Waktu menunjukkan pukul tiga pagi dan bukankah ini bagus untuk otaknya belajar di pagi hari seperti ini, dari yang Yuri tahu, otak bekerja secara optimal di Pagi hari, jadi mudah menyerap Materi yang sedang dipelajari.

Tapi bagi Yuri itu tidak berlaku untuk semua anak. Tergantung bagaimana otak anak menyerap segala pelajaran yang diberikan walaupun metode belajarnya berbeda-beda. Yuri sendiri biasanya belajar setelah jam Makan Malam sambil minum teh peach, entah rasanya bisa rileks aja. Yuri pernah belajar di Pagi hari seperti ini saat Ujian Nasional SMP dulu, dan memang itu terbukti benar, otaknya benar-benar bekerja secara optimal dan hasilnya pun bagus. Tapi Yuri tidak biasa bangun sePagi ini, jadi kebiasaan belajarnya itu balik ke semula.

Setelah satu jam membaca dan menulis ringkasan materi agar mudah dipahami, ia menutup buku nya kemudian memasukkannya ke dalam tas. Tangannya meraih bingkai foto berukuran kecil di tengah meja. Disana ada foto dirinya dan Wonyoung. Dia membuka bingkai foto itu lalu mengambil salah satu foto yang tersembunyi dibawah foto depannya, itu hanya foto Wonyoung. Foto selfie Wonyoung sedang tersenyum manis ke arah kamera ponsel miliknya dan dia mencetaknya diam-diam.

Jempolnya mengusap pipi Wonyoung di foto itu, "Kamu cantik banget sih. Meskipun kamu kadang nyebelin dengan sifat cemburu kamu itu, aku bakalan sabar terus. Karena kamu.." dia menunjuk foto itu seakan-akan dia sedang berbicara pada Wonyoung, "Karena kamu berharga buatku. Aku gak pernah berhenti bersyukur sama Tuhan karena udah dipertemukan sama kamu"

Tes.

"Aish, nangis kan tuh gue"

Entah memang Yuri yang sedang mellow atau memang berbagai memori tentang dirinya dan Wonyoung berputar seperti kaset rusak di pikirannya, yang jelas itu bukanlah tangis kesedihan melainkan tangis kebahagiaan. Bahagia mereka bisa bersama, bahagia setiap berada di sisi nya, bahagia melihat senyum manisnya dan bahagia karena susu kotak yang tak pernah absen ia taruh di lokernya sampai saat ini.

Hi, Penggemar rahasia! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang