Chapter 1

1K 130 1
                                    

Suasana Stasiun Kereta Api Bandung ini tampak ramai seperti biasanya. Lalu apa yang tidak biasa?

Tentu saja karena beberapa remaja perempuan dan laki-laki yang menyatakan dirinya sebagai sekelompok sahabat itu kini tengah berada disana. Mereka menamai kelompok persahabatan mereka dengan nama Perboba. Perboba itu sendiri singkatan dari Persatuan bocah bacot.

Bagaimana Perboba bisa terbentuk? Tentu saja ada cerita panjang dibalik itu, karena ke dua belas anggotanya memiliki cerita masing-masing. Dan di akhir taun ini mereka berdua belas merencanakan perjalanan liburan bersama ke Jogja. Maka di pagi buta ini mereka sudah ada disini walau belum lengkap. Masih ada beberapa orang yang belum hadir.

"Jadi gimana? Si Esam, Kafka sama Oliv udah ada kabar belum?" tanya perempuan tinggi berambut panjang itu dengan wajah panik.

"Bentar Nin aku masih coba ngehubungin Oliv tapi nggak diangkat-angkat nih," sahut perempuan yang sibuk dengan ponselnya.

"Oke Gin coba terus ya, kita masih ada waktu setengah jam lagi," kata Anin yang dibalas anggukkan kepala oleh Ghina lalu menghampiri Abian dan Segara yang sibuk mencoba menghubungi Kafka dan Raesham.

"Kafka sama Esam gimana?"

Mereka berdua kompak menggeleng.

"Nin, si Kala, Diasta, Orion sama Sadewa mana?" tanya perempuan berambut pendek yang datang beberapa menit yang lalu itu.

"Lagi balapan jalan jongkok mereka, biasa mereka bereempat mah otaknya suka rada-rada," jelas Anin pada Reina yang tadi bertanya.

"Eh anjir malu-maluin banget mereka mah, nggak tau tempat," kata Reina yang heran punya sahabat yang kelakuannya terkadang suka di luar nalar.

Benar-benar tidak ada jawaban sampai akhirnya sepuluh menit kemudian tiga orang yang mereka tunggu muncul. Dan Anin terlihat khawatir begitu melihat Oliv di gendong oleh Raesham sementara Kafka tampak membawa tas ransel miliknya dan milik Raesham serta koper milik Oliv.

Raesham menurunkan Oliv di tempat duduk kosong.

"Oliv kamu kenapa?" tanya Ghina yang segera menghampiri Oliv diikuti Anin dan yang lainnya.

"Aku tadi jatuh pas turun dari ojek nya, untung tadi ketemu Esam sama Kafka di depan," kata Oliv yang kemudian melirik pada Raesham dan Kafka yang tengah sibuk dengan ransel mereka.

"Makasih ya Esam, Kafka," gumam Oliv yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Sakit nggak? Sini aku bantu pijitin," kata Segara yang segera memegang kaki Oliv.

"Jangan dipegang kakinya Gar..." kata Oliv.

"Kenapa? Sakit?" tanya Segara.

Oliv menggelengkan kepalanya. "Bukan..."

"Terus?"

"Bukan mahram..." jawab Oliv yang membuat sahabat-sahabatnya itu terdiam.

"Lah, tadi Esam gendong kamu kan sama bukan mahram juga," gumam Segara heran.

"Eh iya ya..." gumam Oliv membuat sahabat-sahabatnya itu geleng-geleng kepala.

Raesham terlihat celingak-celinguk. Reina yang menyadari itu langsung bertanya pada Raesham.

"Nyari apa Esam?"

"Kala, Diasta, Orion, sama si Sadewa mana?" tanya Raesham menyadari keempat sahabatnya itu tidak ada.

"Biasa mereka mah nggak bisa disuruh diem coba, mereka sekarang lagi balapan jalan jongkok masa, malu-maluin banget kan anjir si mereka," dumel Reina yang tiba-tiba ditinggal Raesham.

BelofteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang