Chapter 4

489 113 8
                                    

"Ayok guys naik lagi!"

Kala yang memang sepertinya batrei dirinya hampir selalu seratus persen itu mengajak sahabat-sahabatnya itu untuk terus naik ke puncak candi borobudur. Setelah semalam menghabiskan malam di Malioboro, pagi menjelang siang mereka akan habiskan di candi borobudur.

Tempatnya jauh memang dari tempat mereka menginap sehingga tadi merek menyewa dua mobil untuk sampai di tempat ini.

"Kamu aja ah Kal, aku capek dan masih sakit kaki jadi nunggu di bawah aja," kata Oliv.

"Aku juga dibawah aja nemenin Oliv," sahut Ghina.

"Aku nanti deh kalau panas mataharinya udah ganti jadi angin sepoi-sepoi," sahut Diasta.

"Mana ada bodoh," kata Anin yang kemudian tersenyum pada Kala. "Aku nanti abis lurusin kaki bentar langsung nyusul," sahut Anin.

Kala terlihat kecewa lalu mencari seseorang. "Reina mana?"

"Noh di atas!" sahut Anin menunjuk perempuan yang sudah berjalan sendiri ke atas.

Tau gitu tadi Kala mengejar Reina saja.

"Bawa Kala Esam!" titah Sadewa yang berhasil membuat Esam menarik kerah kaos belakang Kala dan menyeret Kala agar jalan bersama mereka.

"RAEEEEEEE PELAN-PELAN WOY KAMU MAH NYEKEK AKU!" protes Kala yang malah ditertawakan Raesham, Sadewa, Orion dan Segara.

Abian dan Kafka ikut tersenyum tipis.

Kala akhirnya naik ke atas bersama keenam laki-laki itu. Dan jujur saja agak risih karena banyak yang memandang kearahnya. Memang bukan melihat pada Kala tapi tetap saja Kala kesal.

Ah iya Kala lupa, keenam sahabat laki-lakinya ini most wanted nya Sekolah mereka. Ya jelas pasti kemana-mana akan menimbulkan banyak tatapan kagum.

"Jadi kaya anime harem ini mah," kata Sadewa sambil terkekeh karena menyadari Kala satu-satunya perempuan yang bersama mereka.

"Ayo atuh mau pilih siapa Kala teh?" tanya Orion.

"Kafka lagi palingan," goda Sadewa.

"Karena jago goyang," lanjut Raesham membuat dia dan semuanya terkekeh kecuali Kala yang merasa menyesal menyebut nama Kafka semalam.

Kala agak kesal lalu menatap keenam laki-laki tampan itu.

"Siapa yang bisa ngasih aku duit yang banyak, nanti aku pilih deh!"

"Anjir mata money an," cibir Orion.

"Aku seribu lah nggak apa-apa," kata Sadewa memulai lelang.

"Aku delapan ratus!" kata Orion semangat.

"Aku lima ratus!" kata Segara tidak kalah semangat.

"Apaan dih makin turun harganya dih!" Protes Kala yang membuat mereka tertawa.

"Jangan gitu bro kasian Kala!" kata Raesham seolah membela Kala. "Seratus perak lah aku mau jadi milik Kala," kata Raesham yang semakin membuat Kala kesal sementara yang lain semakin terkekeh dibuatnya.

"Di terbangin untuk dijatuhin itu mah," cibir Sadewa.

***

"Kamu lagi ngapain nengok-nengok ke dalem situ," tanya Raesham pada Kala yang sibuk mengintip ke dalam stupa yang terdapat arca di dalamnya.

"Lagi mau lihat kaki arcaanya ada dimana," sahut Kala sambil masih asik mengintip.

"Biar apa?"

"Ya katanya bisa ngabulin permintaan kalau bisa sentuh jari-jarinya," kata Kala yang tubuhnya di tarik oleh Raesham menjauhi stupa itu.

BelofteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang