"Cemberut mulu nih calon psikolog kita," goda Raesham pada perempuan yang duduk di sampingnya di dalam mobil hitamnya itu.
"Ya gimana nggak kesel? Kan aku tadi udah titip pesen sama si Laura Laura itu aku nggak jadi ikut kamu, tapi kamu malah muncul buat maksa aku dateng nemenin kamu," dumel Kala.
Raesham terkekeh melihat Kala mendumel. Bisa-bisanya Raesham melihat hal ini justru lucu.
"Atau nggak kenapa kamu nggak ajak si Laura aja sih?"
Raesham tersenyum sambil fokus pada menyetirnya.
"Ya kan aku maunya berangkat sama kamu," sahut Raesham santai sementara jantung Kala nggak santai.
Kala masih ingin mendumel dan kebetulan Raesham sedang menyetir jadi pasti laki-laki itu akan kesulitan membalas dumelan Kala. Sebenarnya ini hal yang tidak baik.
"Terus ya-"
Dan rupanya Raesham menyadari jika menyetir sambil mereka berdebat adalah hal tidak baik jadi Raesham meminggirkan mobilnya dan itulah yang membuat Kala menghentikan kata-katanya sementara sebelum akhirnya mulai berkata-kata lagi.
"Kok berhenti sih? Mau usir aku keluar?"
Raesham tersenyum sambil menatap Kala. "Nggak lah... aku justru kasih kesempatan kamu buat ngedumel sepuasnya," kata Raesham lembut. "Yok lanjut lagi ngedumelnya," tambah Raesham.
Mendengar kata-kata Raesham yang justru lembut padanya membuat Kala tiba-tiba malu sendiri. Kenapa dia harus mendumel pada Raesham? Dan dia merasa bodoh karena membawa nama Laura juga dalam dumelannya.
"Aku... udahan nggak mau ngedumel," kata Kala yang kini mengalihkan pandangan dari Raesham.
Raesham terkekeh. "Giliran di kasih kesempatan malah nggak mau, dasar Akala Drisana," cibir Raesham.
"Ya biarin suka-suka aku lah! Bibir-bibir aku!"
Raesham menahan tawanya lalu mengangguk. "Oke kalau udah nggak mau ngedumel jadi bisa dilanjut kan perjalanannya?"
"Terserah!"
***
"Akhirnya yang ditunggu datang juga," kata Vian dan Sheiza yang menyambut kedatangan Kala dan Raesham.
Mereka langsung bersalaman, berpelukan kemudian masuk ke dalam rumah si pengantin tiga tahun yang lalu itu.
"Maafin ya kita ganggu datang kesini malem-malem soalnya si Raesham katanya merasa bersalah mau minta maaf soal kejadian dulu," jelas Kala.
"Kamu mau minta maaf lagi?" tanya Sheiza yang membuat Kala bingung.
"Lagi?" Kala heran dengan jawaban Sheiza. "Loh Raesham udah pernah minta maaf?"
"Udah kok, tiga hari yang lalu kalau nggak salah," sahut Sheiza.
Kala langsung melirik Raesham yang tengah bersama Vian dan langsung mengalihkan pandangan agar tidak bertatapan dengan Kala. Bisa-bisanya Raesham memaksa Kala untuk menemaninya minta maaf padahal dia sudah pernah minta maaf.
"Tapi emang Mas Vian yang minta Raesham buat datang lagi kok Kal," kata Vian yang kemudian tersenyum membela Raesham. "Dan mas tuh padahal bilangnya kalau mau kesini lagi sama pacarnya eh ternyata kamu yang dibawa, jadi kalian udah?"
"Udah apa? Udah berantem dijalan sih iya," sahut Kala ketus sementara Vian dan Sheiza terkekeh.
"Kal, Kala dengerin deh anak Kak Sheiza dalam perut juga nge cie cie in Kala," kata Sheiza menunjuk perutnya yang tengah hamil.
"Loh Kak Sheiza hamil?" tanya Kala terkejut.
Sheiza tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Aaaaa seneng banget aku mau punya keponakan," kata Kala dengan mata yang berbinar dan seolah melupakan kekesalannya pada Raesham. "Udah berapa bulan Kak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Belofte
Teen FictionBelofte itu janji. Kita mungkin janji untuk tidak saling jatuh cinta, tapi kalau Tuhan janjinya ngasih kamu untuk aku gimana? _Jungri Lokal Version_