Chapter 5

467 102 8
                                    

Perjalanan selama dua hari dua malam di Jogja terasa hanya sekejap mata bagi Kala. Selain mereka hanya sempat ke Candi Borobudur dan Pantai Parangtritis, di akhir perjalanan Kala lebih memilih banyak melamun.

Rasanya ingin menghujat kebodohan dirinya mengenai doa yang seolah sembarangan dia minta itu. Dan bodohnya doa itu membuatnya terus kepikiran bahkan sampai saat ini dia terbaring di kasur milik Aruna, kakak perempuannya yang tengah melakukan perawatan wajah di depan meja riasnya itu.

"Masih pusing dek?"

Lewat cermin itu Aruna bisa melihat Kala menganggukkan kepalanya sementara Aruna kemudian langsung mendesahkan napasnya.

"Nah gini nih yang suka bikin mama, papa dan kakak males ngizinin kamu jalan-jalan tanpa kita. Abis jalan-jalannya pasti kamu langsung tepar," kata Aruna sambil sibuk dengan wajahnya.

Kala hanya bisa diam saat disindir Aruna karena memang yang Aruna katakan itu benar. Kala anaknya tidak bisa diam dan petakilan tapi kalau sudah kembali ke rumah tubuhnya pasti drop. Belum lagi ada hal yang terus saja mengganggunya.

"Kak?"

"Hmm?"

"Pernah nggak sih kakak berdoa minta sesuatu terus pas beres doa, Tuhan tuh liatin sesuatu sesuai deskripsi permintaan doa kakak tapi itu bukan jawaban yang kakak mau dari doa kakak?"

Aruna langsung mengalihkan pandangan dari cermin lalu ke wajah adik perempuannya.

"Maksudnya?" Tanya kakaknya itu heran.

Kala terdiam. Dia bingung bagaimana ia akan merangkai kata untuk bertanya pada kakaknya itu.

"Ya misalnya nih, kakak tuh nggak boleh makan mie goreng, terus kakak doa tuh minta sama Tuhan kakak pengen makan terus pas beres doa eh kakak liat di meja ada mie goreng, kakak bakal makan itu mie goreng atau nggak?"

Kakaknya itu terlihat berpikir. "Ya tergantung, nggak boleh makannya karena apa, kalau nggak ngebahayain buat diri kakak ya mungkin Tuhan mau kakak makan itu jadi bakal kakak makan," jelas kakaknya sementara Kala langsung mendesahkan napasnya keras.

"Kenapa harus dia sih?"

"Hah? Dia siapa?" tanya Aruna bingung.

"Eh? Dia? Siapa?" Kala balik bertanya agar kakaknya berpikir kalau ia tadi salah mendengar.

"Gini deh ya, daripada kamu banyak pikiran dan makin sakit tuh badan mending kamu tidur ya, istirahat biar cepet sembuh. Besok emang masih jadwal libur Sekolah tapi ya jangan sakit juga lah. Emang enak liburan sakit?"

"Nggak kak..."

"Yaudah makanya tidur!" kata Aruna yang berhasil membuat Kala mengangguk lalu menarik selimutnya.

"Selamat tidur Kak Aruna."

***

Sudah hampir tiga hari sejak kepulangannya dari liburan ke Jogja dia terbaring lemah di kasur. Sakit, tubuhnya lemah dan saking lemahnya dia tidak menyalakan ponselnya selama tiga hari itu.

Dan hari ini ia sudah merasa tubuhnya membaik. Ia mulai menyalakan ponselnya dan notifikasi saling bersautan dari smartphone nya itu.

Grup Perbabo pasti siapa lagi. Sudah terlalu banyak chat yang tertinggal dan Kala malas scroll.

Begitu dia ingin close aplikasi chat nya. Matanya terpaku pada satu chat.

Raesham.

Nama yang sudah lama tidak ia dengar karena ia berusaha melupakannya.

Kala menyimpan nomor Raesham karena memang Raesham kan sahabatnya justru aneh jika dari kesebelas sahabatnya Raesham menjadi satu-satunya orang yang nomornya tidak dia save.

BelofteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang