Chapter 18

443 110 24
                                    

Kala belum menyentuh makanannya sama sekali karena dari tadi sibuk dengan teleponnya. Banyak teman-temannya yang menghubunginya karena tugas. Bahkan yang terparah Ketua BEM Unraj menghubunginya terus padahal sudah jelas-jelas dia sudah keluar dari sana.

"Yok belajar usaha sendiri yok kan aku udah keluar masa aku harus bantu sibuk juga?" tanya Kala yang akhirnya sambungan teleponnya dimatikan oleh ketua BEM nya itu.

Kala lalu menaruh ponselnya di meja dan mulai mengucapkan doa makan.

"Makan yang banyak jangan sibuk telponan mulu," cibir Raesham membuat Kala kini menoleh kearahnya.

"Lah kamu sendiri kenapa nggak makan duluan?"

"Kan aku pengen makan bareng kamu bukan makan ngeduluin kamu," sahut Raesham dengan wajah datar.

"Udah baca do'a belum?"

"Udah dari tiga tahun yang lalu," sahut Raesham masih ketus.

"Dih do'a apaan tiga tahun yang lalu?"

Raesham mengedikkan bahunya.

"Yaudah ayok?"

"Ayok apa?" tanya Raesham.

"Ya ayok makan lah," ajak Kala lagi.

Raesham mengangguk dan mereka mulai makan bersama.

"Ini lelenya satu buat kamu," kata Raesham memberi satu ekor lele miliknya untuk Kala.

"Aku udah cukup segini juga," protes Kala.

"Kenapa? Takut gemuk? Nanti Ketua BEM nya nggak naksir kamu gitu?" cibir Raesham.

"Dih Rae ngomong apaan sih? Kok bawa-bawa Mahen?"

Raesham mengangguk-anggukkan kepala. "Oh... namanya Mahen," gumam Raesham.

"Dah ah makan dulu udah mau lewat setengah jam," kata Kala mengajak Raesham menghentikan perdebatan ini.

"Tapi kan lewat juga karena kamu sibuk te-"

Kala langsung memasukkan nasi yang sudah di kepalnya ke mulut Raesham dan berhasil membungkam Raesham.

***

"Oke karena kita jadi kumpul sekarang kita mulai rapat yang tertunda kemarin-kemarin," kata Sadewa memulai perkumpulan mereka.

"Seriusan ini masih mau di laksanain?"   tanya Anin heran.

Anin menatap kesepuluh sahabatnya yang hanya diam. "Kita udah kehilangan Esam, kalian mau nambah lagi?" lanjut Anin.

"Justru aku nggak mau hal itu terjadi makanya aku pengen lanjut rencana rapat ini biar kita saling paham satu sama lain biar nggak diam-diam menjauh dan jadi asing," kata Sadewa lantang.

"Oke deh lanjut terserah kamu," sahut Anin sinis.

Sadewa mengangguk. "Jadi sekarang yang merasa akan atau sudah melanggar rules Perboba coba angkat tangan, jujur weh ini mah coba demi persahabatan kita," kata Sadewa memulai rapat mereka.

Mereka terdiam saling lirik satu sama lain sampai akhirnya Abian mengangkat tangannya. Selain Kala mereka terlihat terkejut walaupun sebagian sudah ada bayangan tengang kisah cinta Abian dengan Anin.

Sadewa memberi isyarat agar Abian mulai menjelaskan.

Abian mengangguk.

"Sebelumnya aku mau minta maaf untuk semuanya. Aku tau ini salah tapi..."

"Aku sama Abian pacaran," kata Anin mendahului pernyataan Abian.

"Hah? Kok-" Diasta terkejut.

BelofteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang