Chapter 17

436 107 41
                                    

Waktu itu juga hujan saat pagi-pagi mereka mendapat kabar kalau Raesham Septiano Wiharja pindah Sekolah ke luar negeri.

Mereka semua terkejut karena Raesham sama sekali tidak memberi tahu atau memberi tanda pada mereka. Perkumpulan Perbabo yang saat itu direncanakan akan membahas soal perasaan dan perjanjian lama jadi buyar karena mereka lebih memilih menggalau karena Raesham pergi tanpa kabar bahkan ponselnya tidak dapat dihubungi.

Merasa terkhianati? Tentu saja.

Tapi mau marahpun mereka bingung pada siapa. Karena Raesham sama sekali tidak bisa dihubungi.

"Kal, are you okay?" tanya Reina yang khawatir pada Kala.

"Semenjak demo tiga hari yang lalu kamu jadi banyak bengong gini Kal. Padahal Rektor nggak ada hukum kita sama sekali," tambah Diasta.

Tentu saja bukan karena demo, tapi karena orang yang ditemui selepas demo kemarin.

"Orang yang kemarin nyelametin kamu pas demo apa orang jahat?" tebak Anin.

"Wah sialan kalau beneran dia jahatin Kala!" kata Ghina kesal.

"Atau justru orang yang nyelametin kamu itu ganteng?" tebak Oliv dan berhasil membuatnya diberi tatapan sinis sahabat-sahabatnya itu.

"Kenapa sih kalian? Kan banyak tuh di sosmed-sosmed kisah nyata orang-orang yang cinlok waktu demo kemarin," protes Oliv.

Kala menatap kelima sahabatnya itu. Apa dia harus menceritakannya? Seharusnya iya kan? Mereka juga sahabat Raesham dulu jadi kenapa mereka tidak perlu tau?

"Aku... ketemu Raesham." Kala menghela napasnya. "Dia orang yang nyelametin aku waktu mau jatuh dari podium."

"Hah?" Mereka kompak terkejut.

Ghina langsung menggulung lengan kemejanya. "Wah parah dia, masih hidup aja itu orang?"

"Gin sabar Gin," kata Anin mencoba menenangkan Ghina.

"Anak mana dia Kal? Kita samperin aja kesana bareng-bareng," kata Ghina lagi masih emosi kemudian melirik Anin. "Nin telpon Abi sama yang lain suruh kumpul kesini," kata Ghina lagi.

"Dia anak IRB," sahut Kala.

"Yaudah ayok kita ke IRB sekarang!" kata Ghina penuh semangat.

"Semangat banget Ghin, masih berharap bisa dapetin Esam ya kamu?" cibir Oliv.

Ghina langsung menatap sinis pada Oliv. "Maksud kamu apaan sih Liv? Masih takut bersaing dapetin Esam sama aku?"

"Heh shhhhttt udah ah udah jangan malah berantem lagi, kan dulu kita udah janji udahin masalah ini dulu?" Kata Reina menarik badan Ghina yang mencoba mendekati Oliv seakan mau menerkam Oliv.

"KAL!"

Sadewa muncul lalu menatap bingung keenam sahabatnya itu tengah ada dalam kondisi tidak baik.

"Lah kalian kenapa?" tanya Sadewa ragu.

"Nggak ada apa-apa Dew," sahut Anin yang tidak ingin memperpanjang masalah.

"Eh iya kamu kesini ngapain?" tanya Diasta mencoba mengalihkan pembicaraan.

Sadewa langsung melirik Kala, "Kal kamu diundang buat ke acara Radio Kampusnya IRB," kata Sadewa antusias.

IRB?

Lagi-lagi kampus Raesham sekarang.

"Lah emang boleh anak Unraj nongol di radio kampus mereka?" tanya Kala heran.

"Boleh lah, kamu kan sekarang terkenal, video orasi kamu viral Kal," jelas Sadewa.

"Anjir Kala kamu jadi seleb sekarang?" kata Diasta dengan mata yang berbinar-binar.

BelofteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang