Part 30 || Calon Menantu Pricillia

3.2K 484 61
                                    

Pastikan follow Unianhar, vote, komentar dan share cerita ini biar rame lagi!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pastikan follow Unianhar, vote, komentar dan share cerita ini biar rame lagi!

***

Man-teman kayaknya chapter cerita ini emang seterusnya berantakan deh, soalnya aku udah berkali-kali coba buat ngatur ulang tapi tetap aja kayak gini. 😭

Ada yang bilang harus unpublish dulu, part yang berantakan dihapus lalu publish ulang, tapi aku nggak mau nanti viewersnya hilang 😂

Nggak apa-apa ya, kalian baca aja, kan ada nomor chapternya tuh, kalian liat itu dulu baru baca biar nggak bingung. 🥲

----------------

IG : unianhar

---------------

S

ekembalinya dari ruangan direktur, Saka kembali ke ruangan menemui Kanza. Kemudian mereka bertemu dengan pasien yang telah pulih pasca operasi. Usai memeriksa keadaan mereka, ia bergegas ke kafetaria makan siang bersama Allan dan Malika, mereka sudah menunggunya.

Saka memasuki lift kosong kemudian bersandar pada besi di dinding, ujung kaki menyilang, kedua tangan memegang ponsel, sesekali tersenyum lebar kala bertukar pesan dengan sang kekasih.

Terhitung empat kali lift berhenti, semula hanya ada dirinya di dalam sana dan kini lift hampir penuh. Saka tidak menyadari karena terlalu larut dalam obrolan chatnya bersama Jessie yang katanya didekat rumah sakit. Wanita itu berniat mampir membawa makan siang.

Ting!

Lift terbuka di lantai satu, tidak jauh dari lobi. Saka menerobos orang-orang untuk memberinya jalan. Ia harus menyambut pujaan hatinya di pintu masuk. Ia berjalan keluar mengenakan seragam Ok biru, jas putih dan ID card tergantung di leher, melewati pintu kaca yang otomatis terbuka.

Jessie belum datang, katanya wanita naik taksi online karena mobilnya sedang masuk bengkel. Sambil menunggu, Saka mendekati satpam yang sigap memberi hormat.

"Dokter Saka lagi nunggu apa?" Satpam bernama Erwin itu bertanya sopan dan ramah.

"Nunggu orang, Pak." Saka berdiri samping Erwin, sebelah tangannya memegang ponsel sesekali menoleh melihat mobil yang berhenti di depan.

"Kalau boleh tahu siapa, Dok? Kalau saya kenal nanti saya antar ke ruangan Dokter Saka saja," usul Erwin agar Saka tidak repot-repot menunggu di sampingnya.

Selain itu, Erwin tidak nyaman bekerja karena takut berbuat salah sebab orang di sampingnya pemilik rumah sakit itu. Salah sedikit saja mengamalkan slogan 'lebih sopan dan ramah dari Security bank BCA' maka karirkan akan habis.

SHOW ME (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang