Part 35 || 2 Lawan 1

2.5K 440 35
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Jangan lupa Follow Unianhar, vote dan komentar sebanyak-banyak. Selamat membaca cerita Saka dan Jessie 🙃

---------------

Gluk!

Seteguk air turun ke tenggorokan. Gelas di depan bibir kini diletakkan di atas meja menimbulkan bunyi. Jessie lantas menoleh pada Renan mondar-mandir mencari kunci mobilnya di ruang tamu. Fokusnya pada ucapan adiknya beberapa detik yang lalu. Ia meninggalkan pantry mendekati Renan yang mengangkat satu persatu bantal sofa.

"Tadi kamu bilang apa, Ren?" tanyanya berdiri di belakang Renan.

Renan berbalik memegang sebelah kanan kepalanya menatap Jessie panik. Ia harus berangkat sebelum abangnya marah. "Kunci mobil sialan?" ulangnya.

Jessie menggeleng. "Bukan itu. Tadi kamu bilang Kakek kenapa?" Jessie yakin pendengarannya masih berfungsi dengan baik. Ia tidak mungkin salah dengar meski jarak mereka cukup jauh.

"Kakek masuk rumah sakit."

"Bukannya dua hari yang lalu masih baik-baik aja?"

"Abis dari hotel Kakek tiba-tiba collapse dan langsung dilarikan ke rumah sakit." Renan kembali melanjutkan pencariannya, meraba-raba bawah sofa, siapa tahu kunci mobilnya berjalan dan mengumpat di sana.

Jessie membatu dalam keterdiamannya. Ia kaget dan khawatir. Matanya mengerjap beberapa kali lalu kembali menatap Renan yang berjongkok di sofa sebelah.

"Kakek sakit apa?" Pantas saja waktu itu ada yang berbeda dengan kakeknya. Ternyata kesehatannya sedang bermasalah.

"Sklerosis multipel, itu penyakit saraf udah lama diderita Kakek, dua bulan ini makin parah, baru-baru ini Kakek mau diobati."

Primus memang keras kepala. Meski sudah tahu gejalah awal penyakitnya tak lantas membuatnya rutin memeriksa kesehatan. Ia mendiamkannya karena mementingkan pekerjaannya sebagai Walikota. Dua bulan terakhir penyakit itu menghambat aktivitasnya hingga terpaksa dioperasi.

"Sekarang dirawat di mana?" tanya Jessie berniat ingin mengunjunginya.

"Kenapa nanya?" tanya Renan balik. Pemuda itu kini berhenti mencari kunci mobilnya lalu menatap Jessie menuntut.

"Siapa tahu Kakak ada waktu buat ke sana."

"Jangan ke sana," sergahnya membuat Jessie kebingungan. "Mending Kakak cari cuan yang banyak buat hidupin adikmu ini, itu lebih bermanfaat dari pada buang-buang waktu ngunjungin orang kayak Kakek."

Renan mengatakan itu semata-mata demi kakaknya. Selama ini kakaknya menderita karena perlakuan mereka. Jadi sebisa mungkin ia menghentikan niatnya untuk berkunjung. Untuk apa? Kakek mereka juga bukan orang baik. Itu sebabnya sampai hari ini Renan tidak berniat memberitahu kalau saja tidak keceplosan.

SHOW ME (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang