Part 23|| Keputusan Untuk Menerima

6.6K 974 113
                                    

Sebelum membaca yuk kasih emot, vote sebagai salam, dan jangan lupa follow Unianhar bagi yang belum follow 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum membaca yuk kasih emot, vote sebagai salam, dan jangan lupa follow Unianhar bagi yang belum follow 😘

-------------------------------------------------

Instagram : unianhar

-------------------

Jessie tersentak setelah Renan menariknya duduk di sofa---samping pemuda itu. Adiknya itu baru saja kembali dari rumah Wijaya. Ia menatap sang adik kebingungan, datang tanpa memberi salam malah menariknya seolah ingin membicarakan hal penting.

"Semalam aku telfon Kakak tapi Si Sipit itu yang angkat, katanya kamu mabuk." Renan menatap Jessie menyelidik.

"Ah...itu...aku minum sedikit." Jessie tersenyum polos, menaikkan ibu jari dan telunjuknya mengukur berapa banyak ia minum.

Renan memutar bola matanya malas. "Sedikitnya bikin mabuk, ya," sindirnya.

"Itu karena aku nggak kuat minum."

"Kalau nggak kuat harusnya jangan minum!"

"Aku nggak tahu itu minuman beralkohol."

"Si Sipit itu ngajak kamu ke party atau kelab, sih? Masa pelayan di sana nggak ngasih tahu!" sentak Renan kesal. Jessie terjungkit merapatkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Bukan salah Kak Saka."

Pria itu tidak salah sama sekali. Ini semua karena dirinya sendiri. Ia mengira itu minuman biasa. Ditegukan pertama ia sudah mengetahui jenis minuman itu tapi tetap meminumnya karena ketagihan.

"Jangan bela dia terus!" ketus Renan. "Aku nggak suka," lanjutnya.

Alih-alih marah karena sikap Renan yang merajuk, Jessie malah terkekeh geli. Katanya tidak suka tapi adiknya masih mau membantu pria itu menemuinya di rumah keluarga mereka. Apa pun alasan Renan mau membantunya tetap saja dia ikut andil dalam kejutan dibuat Saka.

"Ren."

"Apa?!"

"Jangan ketus-ketus, Ren. Nanti nggak ada cewek yang suka sama kamu," tegurnya mencolek lengan Renan.

"Kak Jessie ngomong kayak gitu supaya nggak aku ketusin, kan?" tebaknya.

"Salah satunya itu."

Renan menatap Jessie datar.

"Makasih, Renan." Jessie tersenyum mengikis jarak diantara mereka, melingkarkan tangan di lengan sang adik lalu merebahkan kepalanya di bahu lebar itu. "Makasih udah di sampingku, makasih juga udah ngasih Kak Saka kesempatan ngerayain ulang tahunku."

"Kakak suka?"

Jessie mengangguk. Renan merasakan anggukan di bahunya.

"Hah! Apa pentingnya ngerayain dari jarak jauh," gumamnya.

SHOW ME (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang