Part 20 || Berkunjung ke Rumah Lama

6K 940 110
                                    

Sebelum membaca yuk vote terlebih dahulu dan beri emot sebagai salam, oke 😘
***

Instagram : unianhar

-------------------------------------------------------------

Langit kemerahan berubah menggelap, matahari kembali ke peradaban tanpa ragu. Burung-burung berterbangan di langit senja, orang-orang kini berlalu lalang kembali ke rumah masing-masing setelah seharian beraktivitas mencari sumber kehidupan.

Segelintir orang memilih untuk mampir ke restoran sebelum kembali ke rumah. Menunggu kendaraan yang memadati jalan raya sedikit lenggang. Terlalu menguras tenaga bertemu macet setiap hari.

Jessie duduk di dalam kafe, mengamati kendaraan berlalu lalang melalui jendela kaca menghadap jalan raya. Mata bulat nan teduh, hidung mancung, bibir sensual kemerahan, pipi tirus, rambut sebahu, kulit putih bersih, tubuhnya dibalut blouse biru dan rok span serta high heels hitam membuatnya mempesona.

"Ini kartu Anda, Mbak."

Pandangannya sontak beralih pada waitress perempuan yang menyodorkan kartu padanya. Jessie menerima sembari tersenyum ramah.

"Makasih Mbak," ucapnya lembut.

Setelah kepergian waitress itu, ia kembali menoleh pada jalanan Ibu Kota. Sudah sejam di sana namun ia tak berniat beranjak.

Deringan ponsel kini mengalihkan matanya pada meja, ia meraih benda tipis tergeletak di sana melihat nama yang terterah. Kedua sudut bibir tertarik ke atas, tak butuh waktu lama ia menempelkan ponsel itu di telinga.

"Halo, Van?" sapanya membenarkan posisi duduknya tegak.

"Jess, kamu di mana?" Vania terdengar mengebu-gebu menanyakan keberadaannya. Jessie tidak heran dengan sifat sahabatnya itu.

"Aku di cafe," jawabnya menoleh keluar jendela. Hujan. Tangannya ditempelkan pada kaca sembari tersenyum kecut. Sejujurnya ia benci hujan sekaligus menyukainya.

"Cafe Russian?"

"Hmm."

"Kami kes---"

"Nggak usah Van!" sergahnya cepat. Kini fokus dengan panggilannya.

"Kok nggak usah? Aku sama Ily mau ke sana, mumpung dia dapat izin dari suami posesifnya it----"

"Ini sekarang mau pulang. Kamu jaga Reya aja, bilang juga sama Ily buat fokus dengan kandungannya, kalau ada waktu nanti aku berkunjung," selanya.

Ia tidak ingin menyita waktu kedua wanita itu hanya untuk menemaninya. Mereka punya kesibukan masing-masing sebagai istri dan orangtua.

"Beneran?" Vania terdengar ragu. Jessie mengangguk seperti lawan bicaranya bisa melihat anggukan lemah itu.

"Iya, beneran. Aku tutup dulu, ya, Van," tandasnya mematikan sambungan mereka setelah mendapat jawaban dari seberang.

Ponselnya dimasukkan ke dalam tas kemudian meraih tas itu, berdiri meninggalkan makanan di meja tak disentuh sama sekali. Ia harus kembali  untuk beristirahat di apartemen, di mana hanya ada kegelapan dan kekosongan menyambutnya.

Jessie seperti orang-orang itu, sama-sama makhluk hidup yang butuh tempat untuk kembali. Tempat yang bisa memberi kenyamanan, kehangatan dan bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Apartemen adalah pilihan tepat untuknya. Terbuka dengan kehampaan.

------------------------------

Derap langkah bersahutan di sepanjang koridor rumah sakit ternama Thomas Hospital. Seorang pria tinggi bermata sipit mengenakan seragam OK, jas putih khas dokter membungkus tubuhnya. Ia berlari menuju UGD diikuti dua perawat laki-laki dan tiga perawat perempuan.

SHOW ME (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang