-----------
Instagram : unianhar
----------
Selesai sarapan Saka beserta seluruh keluarganya bercengkrama di ruangan dekat kolam renang yang terhubung dengan taman samping. Setiap hari minggu mereka berkumpul, membicarakan banyak hal seperti rutinitas masing-masing, bisnis mau pun politik.
"Jadi mereka gulung tikar?" tanya Rimba duduk tepat di samping Saka, meraih cangkir kopi dan menyesapnya lalu kembali meletakkannya di meja. Gerak-geriknya tidak lepas dari pengawasan mata sipitnya. Kalau Rimba hendak membeberkan kejadian tadi pagi, Saka bisa langsung menabok mulutnya.
"Untung aku nggak ngasih modal ke mereka." Lingga bersyukur karena waktu itu tidak tergiur dengan penawaran mereka.
"Kenapa CEO perusahaan itu nawarin kerjasama denganmu?" tanya Garha penasaran. Pria itu duduk di sofa panjang menoleh pada Lingga. Di sampingnya ada tiga pria menyimak pembicaraan mereka. Lingga mengedikkan kedua bahunya tidak tahu.
"Mungkin mereka tahu kalau kamu mudah dikibulin," celetuk Saka tanpa melepaskan pandangannya dari Rimba. Posisi duduknya lurus ke depan dengan kepala masih menoleh ke samping, tidak membuat ia terganggu dengan posisinya.
"Saka, ngomongnya dijaga!" tegur Abimanyu duduk di sofa single. Menatap Saka tajam.
Teguran Abimanyu masuk ke telinga kanan keluar di telinga kiri. Saka tidak bergeming, terus menatap objeknya, berjaga-jaga agar Rimba tidak bicara sembarangan. Kalau itu terjadi, ia akan menyumpal mulut Rimba dengan telapak tangannya yang suci.
Mereka kembali mengobrol tidak mempedulikan Saka yang mengubah posisi duduknya, menyamping agar leluasa mengawasi Rimba.
"Bukannya Bang Rimba nolak mereka sebelumnya?" Sebelum menolak tawaran itu, Lingga lebih dulu mendengar jika CEO Imrgroup ditolak lebih dulu oleh Rimba, itu yang membuat Lingga mantap menolak.
Saka mencebik melihat Rimba mengangguk membenarkan. Itu karena kebetulan saja, bukan karena kejelian Rimba. Saka enggan mengakui kelebihan abangnya itu.
"Waktu itu kenapa nolak ?" tanya Aryan--paman Saka.
"Nggak ada alasan selain dia terlalu pemilih," ucap Saka tidak sadar.
Sontak semua orang menatap Saka tajam. Saka yang merasakan tubuhnya memanas mengerjap, tersadar melihat sekelilingnya kikuk, "Sejak tadi aku kalem," dalihnya kembali menatap objeknya. Lantas Rimba menoleh, membalas tatapan Saka dengan sebelah alis terangkat, Saka tersenyum padanya.
"Apa kamu deg-degan menatapku sejak tadi?" sinisnya.
Dari awal Rimba menyadari Saka terus menatapnya, lebih tepatnya mengawasi gerak-geriknya dari dekat. Rimba mengabaikan dan bersikap biasa, menanggapi kelakuan Saka membuatnya jadi pendosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOW ME (Tamat)
Romance(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Karma is real. Itu pepatah yang cocok menggambarkan nasib Saka Rivano Thomas, sang dokter muda yang disibukkan mengejar cinta Jessie, sahabat sang adik, sekaligus wanita yang telah ditolaknya enam tahun lalu. Segala bujuk ra...