Hai hai Saka kembali, say hello dong 👋
Instagram : unianharLangit senja perlahan memudar berganti malam, bulan dan bintang mulai bermunculan di langit gelap seakan memberitahu makhluk di bumi kalau malam ini tidak akan ada hujan seperti kemarin. Suasana di kafe semakin ramai, pelanggan mulai berdatangan mengisi meja kosong menghabiskan waktu bersantai sembari mendengarkan musik menggema di setiap sudut Cafe.
Meski di rooftop suara musik tetap menusuk indera pendengaran. Suasana tidak seramai di dalam, sebab hanya ada beberapa meja di sana, mereka bisa bersantai di bawah sinar rembulan, sesekali diikuti dengan obrolan kecil. Udara malam terasa lebih menyegarkan dibanding udara Ac, itu sebabnya mereka selalu memilih duduk di luar.
Saka mengerang merentangkan tangan ke udara, menghirup udara malam dengan mata tertutup, ia menyukai suasana di sana, musik yang kini tiba-tiba berganti ganre klasik membuatnya membuka mata, lalu memundurkan kursi mengintip ke dalam.
"Hah, kuno banget, sih," keluh Leon ikut menoleh. Keduanya tidak menyukai musik klasik.
Leon Abraham Kusuma, pria tampan berusia 27 tahun, tubuh tinggi tegap, rambut pirangnya diusap ke belakang. Ia sahabat Saka sekaligus musuh dalam selimutnya, yang kapan saja menusuk dari belakang. Saka mengubah posisi duduknya, tegap dengan kedua tangan berada di sisi kursi, menerima segelas cokelat hangat dari waitress.
"Telingamu yang kampungan," sahut Saka menghirup aroma cokelat hangat yang menggugah selera untuk mencecapnya.
"Apa?" Saka melirik Leon yang menatapnya sengit, kemudian meletakkan cangkirnya di meja membalas tatapan Leon lebih sengit, tak mau kalah. Leon hanya sekecil uprit, sekali sentil akan menghilang dari pandanganya.
Keduanya saling bersitatap, sama-sama memiliki keinginan besar untuk tidak memutuskan pandangan mereka, kalau itu terjadi berarti mereka kalah. Sementara itu, ada dua orang yang duduk satu meja dengan mereka tak ingin menengahi.
"Mereka ngapain?" tanya Jessie, satu-satunya wanita diantara mereka.
"Tatapan mesra kali," jawab Hero--sahabat mereka-- tidak ingin peduli.
"Heh, kamu nggak bisa bedain tatapan mesra sama tatapan permusuhan?!" protes Saka tidak terima, tanpa memutuskan tatapannya pada Leon.
"Pria kayak Hero mana tahu bedain, pacaran aja belum," ceplos Leon, lalu tiba-tiba terbelalak sadar jika baru saja membongkar aib sahabatnya itu.
Baik Saka dan Leon sontak menatap Hero yang memandangi keduanya dengan ekspresi berang. Hero sedang menahan diri untuk tidak membabat mereka di depan umum.
Bukannya merasa bersalah atau prihatin mereka tertawa kencang, Leon menunjuk wajah masam Hero yang berhadapan dengannya, di samping Saka tergelak memegang perut seakan di dalam sana ada ribuan kupu-kupu menggelitiknya untuk terus tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOW ME (Tamat)
Romance(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Karma is real. Itu pepatah yang cocok menggambarkan nasib Saka Rivano Thomas, sang dokter muda yang disibukkan mengejar cinta Jessie, sahabat sang adik, sekaligus wanita yang telah ditolaknya enam tahun lalu. Segala bujuk ra...