--------------------------------------------------
Instagram : unianhar
--------------------------------------------------Jessie menutup mata. Dadanya masih sesak. Dari dulu sampai saat ini hanya Renan satu-satunya yang berdiri di sampingnya.
Bahkan diusia yang genap 26 tahun, hubungannya dengan keluarganya masih sama. Sedikit pun tidak ada yang berubah."Ah." Jessie mendesah panjang, mengubah posisi rebahannya sebelah kiri, matanya terpaku pada cake yang berada di nakas.
Cake itu tersisa separuh. Renan sengaja meninggalkan cake-nya di sana takut ia kelaparan. Jessie pasti menahan rasa laparnya dari pada harus mengorek dapur rumah itu.
Hal terbesar yang Jessie syukuri di dunia ini memiliki Renan sebagai adiknya. Hanya dia yang peduli dan menganggapnya sebagai keluarga. Merayakan ulang tahunnya walau ia sendiri lupa, memberikan bahu dan mendekapnya begitu erat memberitahu kalau dia selalu ada.
Jessie tersentak ketika ponsel yang berada di nakas sebelah berdering. Ia mengubah posisinya berbalik meraih benda pipih itu. Sesaat ia tercenung, menggenggam erat ponselnya ragu untuk menjawab. Setelah panggilan kedua barulah ia menjawabnya sembari bangun menekuk lutut di atas ranjangnya.
Suasana kamar remang-remang. Penerangan yang ada hanya sinar bulan yang menyelip masuk melewati jendela kamar yang terbuka. Angin malam berhembus masuk membuat tirai putih itu berterbangan, bayangan Jessie terduduk terpantul di lantai yang dingin.
"Halo." Jessie menyapa lembut.
Wanita itu menumpukan dagu di lutut, menempelkan benda pipih di telinganya. Ia membasahi bibir, menelan salivanya kemudian memegang dada. Sesaknya perlahan berkurang digantikan dengan jantungnya yang berdebar-debar.
"Lihat keluar!"
Alih-alih menjawab sapaan Jessie, pria di seberang sana nyosor begitu saja. Kening Jessie mengernyit kebingungan.
"Lihat ke mana?" tanyanya tidak mengerti.
"Lihat aku. Aku ada di luar."
Jessie terdiam mencerna ucapan Saka. Pria itu di luar? Di luar mana? Ia kan tidak berada di apartemennya.
"Aku nggak di apartemen, Kak," beritahunya.
"Aku tahu. Lihat kekeluar jendela kamarmu."
Sontak Jessie melompat turun dari ranjang, berlari pelan ke arah jendela penghubung balkon kamar tanpa melepaskan telepon genggam di telinganya. Balkon kamar itu mengarah ke jalanan komplek, hanya dibatasi oleh pagar besi setinggi leher orang dewasa.
Alangkah terkejutnya ketika melihat sebuah mobil audi hitam terparkir di tepi jalan. Lampu mobil itu masih menyala.
Samar-samar Jessie bisa melihat seseorang keluar dari mobil. Di tangan kanannya membawa cake diberi lilin, sementara tangan kirinya menempelkan ponsel di telinga. Pria itu berdiri di samping mobil menatap ke arah balkon kamar Jessie.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOW ME (Tamat)
Romance(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Karma is real. Itu pepatah yang cocok menggambarkan nasib Saka Rivano Thomas, sang dokter muda yang disibukkan mengejar cinta Jessie, sahabat sang adik, sekaligus wanita yang telah ditolaknya enam tahun lalu. Segala bujuk ra...