14: The Beauty of Love

2.1K 392 71
                                    

♥ Enjoy Reading 🤸🏻‍♀️💫  🕷️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy Reading 🤸🏻‍♀️💫  🕷️

••• ~★~ •••

Zong merebut tongkat kayu itu lalu berbalik menyerang Sean, memukuli punggungnya dengan gemas.

"Keras kepala! Sangat keras kepala! Aku tidak tahu kenapa kau harus kembali, aku tidak tahu kenapa kau bersikap seolah perduli padaku?" Zong berhenti ketika melihat Sean merintih dan terpojok ke dinding. Dadanya mendadak terasa berat. "Aku bukan siapa-siapa, kau juga bukan siapa-siapa bagiku. Jadi berhentilah memikirkan segalanya tentang tempat ini. Selama ini sebelum kau datang, aku telah hidup seorang diri, melakukan segalanya sendirian dan selalu baik-baik saja. Jangan karena aku terlihat tua dan renta, kau memberiku belas kasihan. Aku tidak membutuhkannya."

"Pak tua ..." Entah mengapa ucapan Zong kali ini membuat Sean tercekat. Wajah lelaki tua itu nampak marah namun matanya menyampaikan kesedihan. Tangan yang ia gunakan untuk memukul Sean pun terlihat gemetar.

Pada kesempatan itu, Yong Qi dan lainnya berhasil turun dari atap melalui celah yang terhubung ke luar rumah. Suara kaki-kaki besar yang jatuh menghentak permukaan tanah tertangkap pendengaran Sean, tetapi ia tahu ia tak perlu lagi memperdulikan hal itu.

Zong melempar tongkat itu ke samping dan memalingkan wajah. "Pergilah."

"Mobilnya rusak, aku tidak bisa memakainya lagi," ucap Sean. "Biarkan aku menginap di sini untuk sementara waktu."

Zong melangkah pergi menuju kamar lalu berteriak, "Perbaiki pagar rumahku! Dasar tidak sopan."

"Ada apa dengannya? Tiba-tiba jadi pemarah." Sean memandangi pintu kamar Zong sejenak, lalu mulai merasakan sakit di punggungnya. "Ini pertama kalinya aku dihajar dan tidak melakukan perlawanan. Akkkh, sakit!"

Setelah ia pergi sekian lama, kondisi rumah banyak berubah. Selain menjadi sangat berantakan dengan berbagai benda asing yang diletakkan sembarang, Sean juga menemukan macam-macam petunjuk sekelompok orang yang tinggal di rumah itu. Handuk-handuk, 8 sikat gigi, dan sandal rumah yang nampak baru. Sementara di halaman belakang terlihat banyak jemuran berupa celana dalam laki-laki yang masih basah.

Melihat kondisi dan perilaku Zong, Sean mulai menyadari mungkin ia telah salah menilai situasi. Atau, ia memang dibuat untuk berpikir demikian.

"Permainanmu cukup bagus, Wang Yibo." Sean merasa lega dan kesal di saat bersamaan.

Karena insiden pemukulan, Sean enggan mengusik Zong di dalam kamar. Ia memilih tidur di kursi, memejamkan mata sembari memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Zong dengan jelas dan tegas menolak kedatangan Sean, pria tua itu dari semula memang selalu mendorong Sean untuk kembali pada tempatnya, pada orang-orang yang yang menantinya.

Ketika malam semakin larut, suhu udara semakin dingin. Sean menekuk tubuhnya, meringkuk dalam keadaan setengah tertidur. Kemudian ia merasakan kain lembut dan tebal menimpa tubuhnya, itu adalah sebuah selimut.

𝐋𝐨𝐨𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐅𝐨𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲 𝐒𝟐 [Complete ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang