Saino memicingkan mata mendekatkan wajahnya menantang silau layar komputer di ruangan gelap itu, tangannya mengetuk permukaan meja sambil sesekali mengerjap terkena kejut. Keningnya berkedut ketika tampilan komputer berubah menampakkan sepasang lelaki remaja yang sedang berciuman. Saino terpaku dan larut dalam konsentrasi tajam seraya melihat permainan lidah dan adegan mendorong ke ranjang, mengubah suasana film yang ia dapat dengan kata kunci 'gay' itu menjadi semakin unik dan menarik.
"Mmhh, ... Seperti itu." Saino mengusap bibirnya dan membayangkan wajah seseorang dalam benaknya. Ia mengangkat kedua tangannya ke udara seolah sedang memeluk sesuatu, memainkan tatapannya seperti sedang mengagumi sosok imajinasi itu. Ia menariknya lebih dekat, perlahan menatanya duduk di pangkuan. "Ah, tidak bisa begini." Saino tiba-tiba membuat sebuah pengukuran dan menyadari kondisinya sendiri, "Aku terlalu kecil untuk menaruhnya seperti itu. Xian Ge masih terlalu besar."
"Apa yang kau cari di ruangan ayahmu?" Dei Lung menyalakan lampu dan di saat bersamaan, Saino mematikan komputer. Keduanya saling memandang dengan tatapan tak senang. Dei Lung mendapatkan firasat yang kuat ketika beberapa waktu lalu mendengar suara langkah kaki halus yang berakhir di ruang kerja Yamato. Awalnya ia berniat mengabaikan, namun ia tak bisa menyingkirkan berbagai pemikiran mengganggu yang mungkin saja terjadi ketika ia tertidur. "Apa yang sedang kau lihat?" tanyanya sambil melirik ke arah komputer yang telah dimatikan.
"Tidak ada." Saino memasang wajah datar lalu turun dari kursi dan berjalan santai melewati Dei Lung.
"Aku akan bilang pada Yamato kalau kau menyelinap masuk ke dalam ruangannya dan memakai komputernya tanpa izin!" Dei Lung mengancam. Tapi tentu saja Saino tak memperdulikan. Dei Lung lekas duduk dan menyalakan komputer itu kembali. Ia jelas tahu kata sandi komputer milik Yamato, sandi yang hanya dibagi untuk mereka berdua saja. "Salah?!" Dei Lung memekik begitu kata sandi yang dimasukkannya ternyata salah. Ia tak ingat Yamato membuat kata sandi baru. Lalu, bagaimana caranya Saino memakai komputer itu?
Brakk!
Saino membanting pintu kamarnya, memastikannya terkunci lalu pergi ke kamar mandi. Ia membasuh muka dan memperhatikan pantulan wajahnya di cermin. Selama ini ia tak pernah perduli dengan penampilannya sendiri, tak menganggap itu adalah hal yang penting. Namun, pandangannya berubah setelah menyaksikan drama percintaan sesama jenis yang dipelajarinya beberapa saat lalu. Bahwa untuk menyukai seseorang, membutuhkan penampilan yang seimbang. Bukan hanya perasaan yang mendalam, tapi juga kekuatan yang besar. Saino tahu tubuhnya tumbuh lebih tinggi dan besar dari anak seusianya, ia pun memiliki rahang yang tegas dan hidung yang cantik, bentuk wajah yang akan berkembang semakin sempurna ketika ia beranjak dewasa. Ia mengakui dirinya adalah anak yang tampan. "Butuh waktu berapa lama sampai aku bisa lebih tinggi dari Xian Ge?" Saino berjinjit agar mencapai batas tertinggi cermin sambil mengusap dagunya dengan jemari, membayangkan area itu telah ditumbuhi janggut.
***
Hujan turun kian lebat ketika mobil yang dikendarai Jizhun menepi di depan rumah Yibo. Di sampingnya, Yixian duduk dengan memalingkan muka. Sejak meninggalkan hotel pagi ini, ekspresi wajahnya tak berubah. Dingin dan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐨𝐨𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐅𝐨𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲 𝐒𝟐 [Complete ✓]
FanfictionKematian tragis akibat kebakaran di sebuah gedung kasino bertahun-tahun silam, membuka lembar kehidupan baru dimana orang yang ditinggalkan hidup dalam 'pencarian' kosong dan pengelakkan. Sesuatu mungkin akan kembali, atau tetap menjadi bayangan di...