15: From Now On

2.1K 384 140
                                    

~🔹💎🔹~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~🔹💎🔹~

Iringan mobil melaju cepat menerjang jalanan terjal berbatu, memburu waktu bersama kecepatan agar tiba di tempat yang dituju sesegera mungkin.

"Dia sudah datang." Yang Shuan memastikan semua anak buahnya berjajar rapi di depan rumah Zong untuk memberi sambutan. "Yong Qi?" Kecuali Yong Qi yang masih terduduk sambil terus mengusap pipinya yang belum juga kering.

"Bos sudah datang, berdirilah!" Yang Shuan menarik kerah kemeja Yong Qi, tetapi si pemilik badan enggan bangkit. "Kau pikir kau saja yang bersedih? Meskipun begitu, kita harus bersikap profesional."

"Tutup mulutmu. Jika aku bisa berhenti menangis, aku sudah melakukannya dari tadi. Air mata sialan ini tidak juga surut, ... Hiks." Yong Qi menangis tersedu-sedu sambil menangkup wajahnya dengan tangan. "Kakek Zong, hiks, ..."

Yang Shuan dan ke-7 anak buahnya memasang sikap hormat begitu mobil pertama menepi. Lima mobil lainnya berhenti secara beruntun di belakang.

"Bos," sapa Yang Shuan pada Wang Yibo yang bergegas turun dari kendaraannya. Dari pintu lain, Yixian muncul dengan wajah sedih.

"Bagaimana keadaan saat ini?"

"Kami telah menguburkan jasad Kakek Zong di samping makam istrinya," jawab Yang Shuan dengan kedua mata sembab, tak jauh berbeda dari anak buahnya yang juga menampakkan suasana duka.

Melihat keadaan Yong Qi yang bahkan tak sanggup menyapa, Yibo nampak semakin terpukul. "Lalu Sean?"

"Tuan Sean Xiao ada di dalam."

Hentakkan kaki menerobos pintu, menelusuri setiap ruangan sambil memanggil sebuah nama dengan nada cemas. Sean yang duduk memeluk lutut di atas tempat tidur Zong, mengerjap lalu bangkit dari tempatnya.

"Sean?!" Yibo terus mencari hingga akhirnya sosok itu keluar dari balik pintu dan datang menghampiri.

"Sean ..." Yibo terdiam begitu Sean mengantarkan tubuhnya sendiri dan memeluk. Kedua tangan Sean melingkar di punggung, mengerat tubuh Yibo kuat dengan sedikit gemetar.

Yibo membalas pelukan Sean, mengusap kepala dan punggung kemudian mengecup bahunya lembut. "Maaf, aku datang terlambat."

"Aku baik-baik saja," ucap Sean sembari memejamkan mata, merasakan sentuhan Yibo yang berusaha menenangkan. "Dia pergi di hari yang sempurna dan dengan wajah yang bahagia. Aku hanya, ... Hanya sempat merasa kosong."

"Ada aku di sini, aku tidak akan pernah membiarkanmu sendirian."

"Bawa aku pergi bersamamu." Sean kini memilih jalan yang ditunjuk oleh Zong untuknya, arah yang selama ini samar oleh trauma dan keraguan, tetapi tak pernah sekalipun ia abaikan. Kali ini, ia melangkahkan kakinya masuk dan meraih tangan yang telah lama terulur menunggu untuk digapai.

𝐋𝐨𝐨𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐅𝐨𝐫 𝐃𝐚𝐝𝐝𝐲 𝐒𝟐 [Complete ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang