8

164 10 0
                                    

Shina menguap dan mengucek matanya. Waktu masih sangat subuh sebenarnya, tapi wanita itu berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan diri untuk bersiap melakukan pekerjaannya.

Setelah 15 menit, Shina keluar dari kamar mandi dan melihat Vier yg masih terlelap.

Shina menghela nafas, Vier benar benar mirip dengan dadynya. Shina yg ingin melupakan pria itu, malah di titipkan sesuatu yg sangat mirip dengannya.

Perlahan Shina keluar dari kamarnya yg langsung tertuju dengan dapur lalu menyalakan lampu.

"Astaga!"

Betapa terkejutnya Shina melihat seorang pria tengah duduk membelakanginya di meja makan yg biasa ia gunakan untuk makan bersama pak gun.

Dan keterkejutan Shina tidak sampai di situ, apalagi saat pria yg di maksud menoleh.

"Ehh.. maaf ngagetin.. saya.. lagi nyemil"

Nafas shina memburu, wanita itu memejamkan mata beberapa saat lalu menunduk, mencoba meminimalisir tremor yg tiba tiba menghampiri.

Kenapa ayah dari sang anak ada di sini?!

Kenapa-

's-coups..?'

"E-ehh.. shina..?"

De Javu

Shina menarik nafas dan berusaha menatap pria di hadapannya. Tapi yg terjadi adalah tangannya semakin bergetar. Semua kejadian malam itu kembali terputar di otaknya.

"M-maaf den.. s-saya ga tau k-kalo lagi ada orang d-di dapur"

"Oh.. um, saya yg minta maaf, ngagetin banget kayanya.. saya naik dulu yaa"

"I-iya"

Seungcheol berlalu dan Shina bersandar pada pintu seketika. Air mata yg sejak tadi ia tahan keluar bercucuran melewati pipi. Tangannya masih bergetar, dan sekarang bibirnya juga ikut bergetar.

Ia sangat takut, entah kenapa.

'tenang Shina! Tenang! Lu tinggal 4 bulan lagi di sini'

Ya.. Shina tidak selamanya bekerja di sana. Karena art sebelumnya cuma pulang kampung selama satu tahun sebenarnya. Padahal ia sudah bilang pada sang majikan jika sepertinya ia akan tetap bekerja karena sudah sangat nyaman, tapi..

Ternyata Seungcheol itu adalah S-coups, ia jadi berfikir untuk segera pergi dari sini.

"Kenapa semesta jahat banget sih?"

Shina menyeka air matanya dan berusaha berdiri tegak.

"Gue cuma mau hidup tenang.."

====

Di sisi lain, Seungcheol saat ini.

Pria itu tengah memegang jantungnya yg entah kenapa berdetak sangat kencang setelah pertemuannya dengan Shina tadi subuh.

Ia yg awalnya mengantuk bahkan sudah tidak mengantuk lagi. Wajah wanita itu terlihat familiar, tapi ia lupa pernah lihat di mana.

Dan melihat reaksi Shina yg seperti itu, membuatnya yakin bahwa wanita itu sepertinya juga mengenal dirinya..?

Tok tok tok

Seungcheol menoleh dan beranjak dari ranjang, membuka pintu perlahan dan menemukan bocah gembul yg masih mengantuk berdiri di depan pintu masuk kamarnya.

"Ndong"

Vier mengangkat tangannya meminta di gendong. Seungcheol terkekeh pelan, dan saat baru saja ia akan meraih anak itu, suara Shina menghentikan aksinya.

"Pangeran.. sini sama mami"

"Tapi mii.. mau ndong cama-"

"Iyaa.. sini mami gendong"

Shina mendekat perlahan, Seungcheol dapat melihat dengan jelas bahwa tangan wanita itu sedikit bergetar entah kenapa. Dan Vier malah memeluk kaki Seungcheol dengan erat.

"Biarin aja di sini Shin.. ga papa kok"

"E-engga den.. n-nanti ngerepotin, pangeran.. sini sama mami"

"Ndaa mamii"

"Yoon Xavier! Nurut sama mami"

"Hiks.. mamiii.. pi mau cama dady huaa"

Keduanya tersentak mendengar penuturan Vier, terutama Shina yg tau semuanya. Selagi wanita itu membeku, Seungcheol mendapatkan kesadarannya lebih dulu dan menggendong Vier untuk di peluk.

"Ga papa ya Shin.. kasian nangis gini"

Shina tersadar dan tak sengaja menjatuhkan air matanya di hadapan Seungcheol.

"S-shin-"

"O-oke.. e-entar kalo rewel.. kasih ke saya aja ya den"

Shina berlalu begitu saja meninggalkan Seungcheol yg masih mematung. Kenapa ia merasa bersalah melihat air mata itu? Kenapa ia ingin mengejar Shina? Kenapa ia kesal pada dirinya sendiri.

"Dady.."

"Eh?"

"Pi mau bobo cama dady"

Entah kenapa ia sangat salah tingkah di panggil seperti itu. Ia sangat senang, senang sekali.

"Yauda.. yuk sama dady"

FORGET || Seungcheol Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang