Seungcheol memerhatikan Vier yg tengah fokus pada pekerjaan rumanya lalu tiba tiba teralihkan oleh telfon masuk.
Seungcheol berdiri dan menjauh dari Vier agar tak mengganggu aktivitas sang anak.
"Paan?"
"Bang cheol begooo!! Lu di manaa??"
"Di rumah bini gue.. ga usah ganggu"
Shina yg tengah asik memasak seketika merona mendengarnya. Apa apaan sih pria mesum itu?! Bicara sembarangan.
"Astagaaa bang cheol beneran dah lupa sama kitaa hiks.."
"Lu berisi banget soon ntar gue jitak deh"
"Sini gue yg ngomong- cheol besok ada syuting ya anjing! Awas lu ga pulang"
"Ck tau Han.. gue nyimak kok di grup"
"Jangan macem macem lu di situ!! Shina masih trauma!! Inget!!"
"Otak lu han.. demi dah gue ga ada pikiran ke sana"
Seungcheol duduk di meja makan dan memerhatikan Shina yg meletakkan masakannya satu persatu ke atas meja.
"Kalian lagi ngumpul ya??"
"Pangeran.. makan dulu"
"Iyaa mi.."
Vier bergabung dan duduk di samping Seungcheol yg masih menelfon.
"Dah ya.. gue mau dinner.."
"...."
"Hmm.. byee"
"Dady mau kerja ya?"
"Iyaa.. besok ada kerjaan sampe malem kayanya"
"Vier pengen ketemu temen temen dady lagi deh"
"Boleh.. mau nginep di sana juga boleh"
"Ga ahh.. mami sendirian"
"Engga dong.. mami juga dady angkut"
"Cepet makan"
Merekalah menikmati makan malam bersama dengan cukup hikmad. Vier dan Seungcheol selalu bercerita dan melempar candaan sekali kali.
Shina hanya menyimak, bahkan hingga mereka selesai makan dan Shina telah mencuci piring.
Shina menyuruh Vier tidur dan Seungcheol pun mengantar anak itu ke kamarnya sendiri. Mungkin Seungcheol juga akan tidur di situ?
Shina bersih bersih sedikit dan berharap tubuhnya akan lelah dan mau di ajak beristirahat. Ia bahkan sempat pergi keluar untuk membuang sampah.
Setelah itu ia mencuci tangan lalu duduk sofa seraya menyalakan televisi. Tiba tiba ia ingin menonton.
"..na?"
Shina hanya menoleh kebelakang dan menemukan Seungcheol berjalan ke arahnya. Pria itu lalu bergabung dengan Shina di depan televisi.
"Jangan deket deket bisa gak?"
"Iyaa iyaa maap.."
Hening. Hanya suara televisi yang mengisi udara di sekitar mereka.
"Ga ngantuk, na? Kamu ga tidur loh kemarin malam?"
"Sok tau.."
"Mas tau.. kamu ga kerja besok?"
"Engga"
"Oo pantes.. kamu kerja di mana sih?"
"Di perusahaan H"
"Wah.. iya?? Divisi apa?"
"Cleaning servis"
"Oo.. berhenti aja, udah ada mas kok"
"Gak"
"..kok engga?"
"Masih ada angsuran buku pangeran di sekolah"
"Kan ada mas, biar mas aja"
Hening.
"Mas mau apa sih?"
"Huh?"
"Kalo mas kaya gini buat ngambil Xavier, mending nyerah aja deh.. sampe mati pun aku ga bakal ngasih Vier ke mas"
"Shina.. kok kamu mikir gitu?"
"Sebagai manusia kita harus bisa mikirin kejadian terburuk yg bisa terjadi, kan?"
Seungcheol menghela nafas. Ia paham kenapa Shina begitu berprasangka buruk terhadapnya. Tentu saja ini karena perbuatannya juga.
"Shina..? Kalo mas maunya pangeran ada di tangan kita berdua gimana?"
"...."
Seungcheol bergerak dan kembali berlutut di hadapan Shina. Perlahan pria itu mengambil tangan Shina dan menggenggamnya seraya mengelusnya.
"Mas ga main main bilang kaya gini, kamu bisa tetap ngawasin mas kedepannya.."
"...."
"Shina.. kamu percaya gak kalo mas bilang, bahkan member lebih berpihak ke kamu dari pada mas?"
Mata Shina membola seketika.
"Sadar ga sadar, namanya pelecehan tetap pelaku yg salah.. kecuali kedua pihak sama sama mau.."
"...."
"Mas ga sadar waktu.. itu.. mas bahkan lupa.. mas bahkan ga inget siapa kamu.. tapi tetap aja mas salah.. karna mas ngajak kamu duluan"
"Aku juga salah.."
"No.. kamu ga salah-"
"Aku setuju buat ikut sama mas-"
"Tapi mas maksa gagahin kamu.."
"...."
"Mas ga bisa tidur tenang semenjak inget kalo mas udah kasar banget ke kamu, na.."
"...."
"Mas udah tau dari dua tahun lalu.."
Seungcheol menunduk memerhatikan genggaman tangan mereka.
"Mas di kelilingi perasaan bersalah.. di tambah lagi member ga negur mas sampe beberapa hari setelah jeonghan cerita semuanya.."
Lalu pria itu mendongak lagi untuk memperhatikan wajah wanita di hadapannya.
"Mas.. mas kangen banget sama kamu.. sama pangeran juga"
Lagi. Air mata itu lagi yg di saksikan oleh Shina. Ia tau semua nada itu adalah nada penyesalan.
Shina sudah memaafkan Seungcheol. Sudah sejak lama. Bahkan sebelum pria ini kembali muncul di hadapannya.
Tapi tak bisa di pungkiri jika seperti ini, ia takut mengambil langkah yg salah lagi. Ia tak punya siapa siapa, sedangkan Shina adalah satu satunya yg bisa Vier harapkan.
Ia tidak bisa dengan mudah mempercayai orang. Semua kejahatan dunia membuatnya takut berjalan pada jalan yg salah.
"..aku takut mas"
"Mas di sini.."
"Kalo mas pergi? Aku ga ada siapa siapa lagi, kalo aku hancur? Siapa lagi yg bisa jadi harapan buat pangeran?"
Akhirnya Seungcheol melihat sisi lain dari Shina. Shina yg rapuh dan butuh penopang juga.
Seungcheol bangkit perlahan dan menarik wanita itu ke pelukannya, mengelus surai hitam sebahu itu dengan sayang dan kali ini entah kenapa tangan Seungcheol yg bergetar.
Ia takut sekali wanita ini hancur (lagi) di tangannya.
"Na.. kita bakal sama sama.."
"...."
"Mas bakal tanggung jawab.."
"...."
"Entah itu jalan yg betul atau salah.. mas ga bakal tinggalin kalian.."
"...."
"Ga lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET || Seungcheol Love Story
FanfictionSeungcheol x OC •Typo(s) •Non Baku •Gaje