21

121 6 0
                                    

Seungcheol melajukan mobilnya- ralat.. mobil Ahyu maksudnya, dengan kecepatan tinggi menembus hujan jam 11 malam.

Ia tidak peduli. Ia sudah tidak kuat lagi jika harus menunggu. Cukup sudah 2 tahun ini ia menahan segalanya.

Jantung Seungcheol berdegup. Perlahan kakinya melangkah naik ke rumah minimalis itu dan menahan nafas.

Tok tok tok

Seungcheol takut. Ia memikirkan apa yg akan di lakukan Shina padanya.

"Bentar.."

Itu suara Shina. Suara yg sudah sangat lama tak ia dengar.

"Sia.. pa"

Mata mereka bertemu. Shina mematung sesaat melihat Seungcheol kini berdiri di hadapannya.

"M-mas?"

"Na.. maafin mas.."

"..hah-"

"Mas.. udah tau semuanya.. mas- Shina!"

Seungcheol menahan pintu Shina saat wanita itu akan menutupnya. Seungcheol dapat melihat tangan wanita itu mulai bergetar.

Kini Seungcheol melihat sendiri akibat dari perbuatannya pada wanita malang di hadapannya ini sungguh berpengaruh buruk.

"Na.. mas-"

"Pergi!"

"..na-"

"Pergi! Aku ga butuh maaf dari mas"

"..shina, mas-"

Shina memberanikan dirinya menyentuh Seungcheol dan mendorong pria itu untuk menjauh dari pintunya hingga keluar dari teras dan berdiri di bawah hujan.

Lalu Shina mundur dengan terburu buru saat ia merasa seluruh tubuhnya bergetar semakin hebat.

"..shina-"

"Mami..?"

Shina berlari masuk ke dalam rumah dan membanting pintu rumahnya.

"P-pangeran..? kok bangun?"

"Ada apa, mami? Kok-"

"Hah? Engga.. ayo tidur, besok kamu sekolah.."

Dan di sinilah Shina. Memeluk Vier dan mengelus surai hitam sang anak.

Ia tak bisa tidur. Di luar sedang hujan lebat dan ia tau Seungcheol masih berada di berdiri di sana.

Seungcheol tak gentar. Ia masih berdiri di sana merasakan dinginnya air hujan, dalam hati berharap pintu itu terbuka dan setidaknya di izinkan untuk menyapa Vier meski sekali.

3 jam.

4 jam.

6 jam.

Dan pintu itu benar benar terbuka.

Seungcheol sudah mau ambruk sebenarnya. Tapi Shina yg berdiri di sana membuatnya kuat kembali.

"Masuk.."

Langkah Seungcheol seketika semangat dan ia mendapatkan lemparan handuk oleh yg wanita.

"Makasih, na-"

"Pergi.."

"Baru.. masuk..?"

"Terus mau apa?!"

"Mau di sini.."

"...."

"Plis.."

"Ck.. mau basah basah-"

"Mas telfon orang suruh bawain baju ke sini"

Shina masuk ke dalam kamarnya kembali dan meninggalkan Seungcheol di sana. Perlahan ia berbaring dan memeluk Vier dari belakang. Sekarang ia menyesal karena menyuruh Seungcheol masuk.

Ia kira Seungcheol sudah mau pingsan tadi, makanya ia.. tak tega.. tapi melihat pria itu kembali menyebalkan seperti tadi.. ia jadi menyesal.

Satu jam berlalu. Tadi Shina mendengar Seungcheol sepertinya berbicara dengan seseorang yg mengantar pakaiannya. Dan kini suasana kembali hening.

Shina yg merasa ada hal ganjil memutuskan untuk keluar dari kamar dan malah mendapati Seungchol mengelap lantai yg basah karenanya tadi.

"Ehh..?? Mas ijin pake kamar mandinya-"

Brakk

"Hhh.. ga papa cheol.. ini semua salah lu.. jadi hadapin aja.." ujar Seungcheol pelan.

Matahari mulai tampak. Shina belum juga tidur padahal ia harus bekerja nanti.

Perlahan wanita itu keluar dari kamar dan menemukan Seungcheol berkutik di depan kompor.

"..kamu kerja jam berapa, na?"

"...."

Seungcheol berbalik dan meletakkan dua lembar roti bakar dan juga telur goreng ke atas meja.

"Mii-"

"...."

"...DADY?!"

"Hai.. pangeran..?"

Vier berlari dan langsung memeluk sang dady. Ia juga sangat rindu ayahnya. Sang mami yg tiba tiba memisahkan mereka tanpa alasan yg tak pernah di jelaskan padanya membuat sedih.

"Huaaa dadyyy!! Aku kangen!!"

"Dady juga.. maafin dady yaa.."

Vier masih memeluk sang dady seraya terisak, hingga akhirnya Vier sadar bahwa suhu badan Seungcheol sangat panas.

"Mami.. mami!! Badan dady panas banget!!"

FORGET || Seungcheol Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang