Bagian 16

17 8 2
                                    

"Hai sayang!"

Seru seorang gadis yang tengah duduk diatas meja dengan pakaian ketat, tanpa dasi, make up tebal, rambut digerai panjang itu.

Reynard menatap gadis itu jijik..

"Woi Rey, kemana aja lo?!"

Timpal Sahabat Rey, yang mengundang emosinya.

"Paling abis ngapelin doi, bucin lo?".

Reynard menatapnya sengit,

"Inget ya, gue dah batalin taruhan kita!"

Memang Benar, Reynard sudah menyelesaikan masalah nya dengan ibunda nya, dan ibunda nya itu minta maaf dan tak akan selingkuh lagi.

Dan benar juga, Reynard sudah membatalkan Taruhan itu, tapi tak di gubris oleh mereka.

"Nggak semudah itu, lo tunggu aja tanggal main kita"

Reynard kesal, lantas langsung memukul rahang sahabatnya itu.

BUGH

BUGH

"Maksud lo apaan ?!"

"Nggak usah macem-macem lo!"

"Ck, baperan lo!". Tukas Sahabat Reynard

Lelaki itu meringis mengusap sudut bibirnya yang sobek akan pukulan Reynard.

Reynard mendesis kesal, dan pergi meninggalkan sahabat-sahabat nya itu.

"Eh mau kemana baby?"

Cegah Putri yang bergelayutan manja pada lengan Reynard.

"Nggak usah sok cantik lo! Minggir!"

Sarkas Reynard menepis tangan Putri dari lengannya.

CIH..

.
.
.

"Gue sayang sama lo, Rey"

Gumam gadis itu menangis diam di dalam kamarnya.

"Tapi gue tau, kalo lo cuma jadiin gue bahan taruhan"..

"Gue denger sendiri omongan lo sama Putri, hiks"..

"Kenapa lo nggak bilang dari awal kalo lo nggak sayang sama gue, Rey!".

"Gue udah hiks anggep lo pelindung hiks gue, kenapa lo setega hiks ini?"..

Tes..

Mimisan lagi..

"Ah, kenapa nasib gue gini amat?",

Gadis itu mengusap darah yang ada di hidungnya itu dengan jari telunjuknya,

Menghapus darah yang keluar..

"Bahkan yang gue percaya saat ini cuma sahabat gue dan kakak gue"

Gadis itu berjalan ke arah kamar mandi dengan langkah lemasnya.

"Lo tega sama gue, Rey. Gue benci sama lo, tapi gue juga sayang sama lo!"

"Gue nggak bisa! Nggak bisa!!".

Teriakkan yang bisa gadis itu keluarkan dalam hati, kini keluar sekejap dan melampiaskannya..

Gadis itu berjalan ke arah kakaknya yang tengah duduk di ruang tengah, menatap layar ponsel yang menampilkan video call dengan kekasihnya.

"Kak?"

Panggil lirih gadis itu berjalan dengan langkah gontai nya.

Hendak melangkah pun ia pusing, apalagi berjalan.

FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang