Iqbal bingung dengan sikap Citra yang tiba-tiba murung, tapi Iqbal tak mau mencampuri urusan Citra. Ia belum ber hak lebih. Takut memperkeruh hati nya.
Esoknya..
"Citra berangkat ya, Bund" Pamitnya Citra bergegas menuju sekolahnya sebelum lelaki itu menjemputnya mengajak berangkat bersama.
Mulai hari ini, Citra akan menghindari lelaki itu. Bukan benci, tapi ia ingin tahu apakah lelaki itu sadar akan kesalahannya?
Padahal Citra hanya butuh kejujurannya serta meminta maaf dengan tulus. Sesusah itu?
Hari ini kakak dan ayah nya sudah pulang ke rumah, mereka tengah sarapan pagi di meja makan bersama Bunda nya.
"Ngga mau dianter kakak?" Tanya kakak lelaki nya yang ditebak sudah selesai sarapan pagi, dan bersiap ke kantor nya.
"Ngga usah kak, aku udah pesen taxi, Assalamu'alaikum" Pamitnya sekali lagi, yang langsung dibalas Ayah, Bunda, dan Kakaknya bersamaan.
Citra turun ke bawah, dan benar, sudah ada taxi yang menunggu di depan gerbang rumahnya.
Citra bergegas masuk ke dalam mobil taxi itu, "Jalan pak" Ucapnya yang langsung di angguk i sopir taxi nya menuju sekolah.
Setelah sampai di sekolah, Citra langsung turun dari mobil taxi nya, tak lupa mengucapkan terima kasih dan membayar taxi itu.
Koridor sekolah nya masih terlihat sepi, jelas sekali. Citra berangkat lebih awal pagi ini hanya untuk menghindari lelaki brengsek itu.
Citra berjalan menyusuri koridor, melihat sekeliling. Menggeleng kan kepala nya disaat mata tertuju kepada teman kelas sebelahnya, yang pagi-pagi di sekolah sudah berduaan dengan kekasihnya.
Seraya menyapa satu persatu teman yang ia kenal i, dan Citra terhenti di kelas nya, memasuki ruang kelasnya. Melihat hanya beberapa murid saja yang sudah di kelasnya.
Hanya 3 orang yang sudah di kelasnya, yang jelas sudah pasti murid yang rajin saja yang sudah di sekolah pagi-pagi sekali.
Seraya menunggu bel masuk sekolah yang lumayan masih lama, Citra meletakkan tas nya di kursi biasa ia duduk, menatap ke arah luar jendela seraya menyenderkan bahunya di lengan yang Citra lekukan di atas meja.
Menyenderkan kepalanya pelan di atas lengan itu, seraya memejamkan matanya menghirup udara segar pagi hari.
Beberapa menit setelah tiduran di atas meja, kelas nya sudah mulai ramai, sahabatnya belum berangkat, Citra pun tak tahu.
Tiba-tiba saja, perutnya berbunyi, ia teringat belum sarapan tadi pagi. Citra beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kantin sekolah, memesan roti dan susu vanilla favoritnya.
Citra terduduk di kantin yang sudah mulai ramai, memakan roti nya dan meminum susu vanilla nya seraya menatap ke arah lapangan, yang matanya langsung tertuju ke arah lelaki itu, Reynard.
Citra menatap lelaki itu yang tanpa sadar di tatap balik oleh sang empu. Reynard melihat Citra, ia melambaikan tangannya hendak menyapa, tetapi Reynard memicingkan matanya. Ternyata Citra sedang melamun.
Saat Reynard hendak menghampiri Citra, tiba-tiba saja bahu nya ditepuk seseorang. Reynard menoleh, ternyata yang menepuknya itu Rio, teman nya yang memberi taruhan itu.
"Apaan?" Tanya Reynard tak mau basa basi dengan Rio dan Bryan.
Rio mengulas senyum tipis nya, matanya melirik Bryan, dan berbalik melirik Citra yang sedang duduk di kantin.
Reynard mengikuti arah mata Rio, dan mendelik saat terhenti di gadis itu, "Ck, lo mau apa?"
Rio mendekatkan wajahnya ke telinga Reynard, membisikkan sesuatu yang membuat Reynard mendelik tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE
Teen FictionFOLLOW BARU BISA BACA!! PROSES REVISI SETELAH TAMAT! Bagaimana Cinta Pertama kalian? Berakhir happy ending atau justru sad ending? Bagi Citra sendiri, itu menyakitkan! Citra Maura Adibara, seorang gadis remaja yang pandai menutupi kesedihannya denga...