Friend With Benefits | Part 28

4K 167 29
                                    

Playlist : Justin Bieber - Hold On

Happy Reading..

***

Emerald's House, Private Island - California, USA.

Malam kian larut begitupula dengan udara yang kian terasa dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam kian larut begitupula dengan udara yang
kian terasa dingin. Dengan pencahayaan yang minim, Brianna meringkuk di atas tempat tidur berukuran besar dengan selimut putih yang menggelung tubuhnya, ada tangan kekar yang melingkar di perutnya sedangkan tangan yang lain menjadi bantalan untuk kepalanya. Tentu saja pria pemilik tangan kekar tersebut adalah Ben, pria yang membawa Brianna ke tempat yang tidak pernah Brianna bayangkan sebelumnya atau lebih tepatnya Brianna tidak pernah membayangkan jika ia akan berada di tempat dan situasi seperti ini bersama dengan Ben.

Bisa Brianna rasakan deru napas Ben menyapu ceruk lehernya, terasa hangat dan sedikit menggelikan. Brianna sedikit terdiam mencoba memejamkan kedua matanya yang sedari tadi terus terjaga.

Belum sampai 5 detik kedua mata itu terpejam, Brianna merasakan pergerakan Ben, kedua matanya kembali terbuka saat suara serak milik Ben memasuki indera pendengarannya bersamaan dengan suara deburan ombak di luar sana.

"Anna.."

"Kau tidur?" lanjut pria bertubuh shirtless itu dengan mata yang terpejam.

"Tidak," sahut Brianna tanpa mengubah posisinya.

"Kau pasti lelah, istirahatlah." Ben mengecup bahu Brianna kemudian semakin mempererat pelukannya, membuat bokong Brianna menyentuh adik kecil Ben yang sudah kembali mengeras.

Brianna menghela napas, ia ingin memprotes namun Ben lebih dahulu menyelanya. "Aku tidak akan menerkammu, kau tidak perlu bersiaga seperti itu," kekeh Ben. "Beristirahatlah, kali ini aku tidak akan menuruti adik kecilku tapi nan--"

"Ben.." Brianna menghentikan kalimat Ben, wanita itu sedikit menimbang sesuatu yang hendak ia katakan.

"Ada apa?"

"Emm, aku ingin tahu sedikit tentangmu," ucap Brianna.

Masih dengan mata terpejam, Ben menaikan kedua alisnya. "Tentangku? Mengapa tiba-tiba?"

"Intinya saja. Boleh atau tidak?"

"Baiklah, apapun sebanyak yang kau ingin."

Mendapat persetujuan Ben, Brianna membalik tubuhnya menghadap pria itu. Ben membuka kedua matanya membuat dua pasang mata berbeda warna itu bertemu dan saling menatap. Ben tersenyum, "kau ingin tahu hal apa?" tanyanya.

"Apa kau pernah mencintai?"

Ben mengangguk, pria itu melepas pelukannya kemudian mengubah posisinya menatap ke arah langit-langit kamar yang terlihat bersih tanpa cela. "Tentu saja."

Friend With Benefits (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang