HE - 1

1.4K 117 21
                                    

Happy reading
.
.
.

Di depan ruangan bersalin satu keluarga tengah di rundung kekhawatiran karena nonya keluarga itu tengah berusaha untuk melahirkan penerus keluarga. Berjuang bertaruh nyawa demi sang buah hati.

Doa tak henti-hentinya mereka rapalkan untuk keselematan dua orang di dalam. Sang suami tengah menemani istri tercinta melahirkan anak mereka.

Huh

Huhh

Arghhh

"S-sakit mas-s," rintihan sang istri.

"Bertahan sayang, sebentar lagi anak kita lahir," tangan suami menggenggam erat untuk menyalurkan kekuatan pada istrinya. Sesekali mencium kening sang istri.

Keringat membasahi pelipis wanita itu, nafasnya tersengal-sengal.

"Ayo ibu sedikit lagi!" intruksi dokter.

"Huhh, huh. Arghhh," tekan wanita itu mengejan.

"ARHHHHHH." teriaknya sakit dan saat itulah dia mendengar tangisan bayi.

Oekk

Oekk

Oekk

Dia tersenyum bahagia melihat buah hati nya terlahir di dunia.

"Rasya Azaria, nama dia mas-" ucapannya terhenti saat netra indahnya menutup.

Sang suami panik sambil menggendong sang putri. "Dok istri saya dok!!" paniknya.

Dokter memeriksa keadaan sang istri, terlihat dokter itu menghela nafas putus asa.

"Mohon maaf bapak, karena istri bapak mengalami pendarahan. Istri bapak telah tiada." ucap dokter tersebut.

Tubuh suami lemas tak berdaya, bayi cantik di gendongannya pun menangis keras seakan tahu kalau bundanya telah tiada.

"Sayang." ujarnya lirih.

Tiba-tiba nafas putri kecilnya tersengal-sengal membuat dia semakin di rundung perasaan cemas dan sedih.

"D-dok, anak saya kenapa dok?" paniknya saat putri kecilnya menangis kencang.

Dokter langsung mengambil bayi cantik itu untuk segera di periksa.

"Bapak mohon tunggu di luar ya, kami akan memeriksa putri bapak." suster mengantar pria paruh baya itu keluar dari ruang bersalin.

Di luar satu keluarga menunggu sang tuan besar keluar dari dalam.

Sesaat kemudian keluarlah kepala keluarga itu dengan mata yang berkaca-kaca dan bahu bergetar.

"Guntur gimana?" tanya sang ayah.

"Z-zava, d-dia...." ucapnya tidak sanggup untuk mengeluarkan satu patah kata apapun.

"Mama kenapa Pa?" desak anak pertama.

"M-mama, u-udah m-meninggal. Hiks, dia pendarahan hiks." isak nya yang dia tahan akhirnya keluar terdengar pilu memang.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang