HE - 7

768 97 14
                                    

⚠️Saya tidak menerima siders di cerita saya! Mohon sadar diri bagaimana cara menghargai! ⚠️

Happy reading
.

.

.

Malam ini Rasya pulang sedikit terlambat setelah ia di larikan ke rumah sakit karena asma yang ia idap kembali kambuh membuat ia mengharuskan menggunakan Nebulizer kembali.

Rasya tidak tahu apa yang akan di terimanya saat ia pulang terlalu malam.

Tubuh Rasya lemas setelah hampir dua jam lamanya menghirup uap dari Nebulizer, belum lagi alerginya terhadap debu kembali kambuh.

Kakinya berdiri di depan pintu rumah, belum ada niatan untuk mengetuk pintu. Kakeknya dan Ergra sedang tidak ada di rumah, hanya ada Arja dan neneknya membuat Rasya sedikit takut.

"Bismillah, semoga gak kena marah," do'anya.

Perlahan kaki jenjangnya yang tertutup rok panjang sekolah memasuki ruang keluarga.

Telihat kakak keduanya dan neneknya tengah duduk dan menatap Rasya datar.

"Darimana hah? Anak gadis pulang malam, mau jadi apa kamu? Gak ingat punya penyakit hah?" tanya Oma sinis.

"O-oma, A-aza b-bisa jelasin, tadi Az..." ucapan Rasya terpotong kala tamparan mengenai pipinya.

Plak

"Berani lawan lo hah? Seharusnya lo bersyukur Oma masih mau nampung lo di sini, dan asal lo tau LO ITU CUMA JADI BEBAN KELUARGA!" ucap Arja rendah dengan menekankan kalimat terakhir.

Tanpa sadar Rasya tersentak dengan ucapan Arja baru saja, ia berdiri mematung seraya berpikir jika selama ini ia hanya menyusahkan keluarga.

"SADAR DIRI TOLONG! LO HANYA DI SINI KARENA OPA KASIAN LIAT LO YANG PENYAKITAN DAN BIKIN MALU KELUARGA TAU GAK?" bentak Arja.

Setetes air mata turun dari pelupuk mata Rasya, hatinya bagai tertancap beribu pisau, perih! Dadanya seketika kembali sesak bukan karena sakitnya, namun ucapan kakaknya yang membuat ia sesak.

Tangan Arja bergerak melepas ikat pinggang yang berada di pinggangnya dan meluncurkan cambukan ke arah Rasya.

Rasya diam dengan pandangan kosong, ia harus menahan sakit agar Arja dan Omanya tidak berbuat lebih.

Ctar

Ctar

Ctar

Prank

Plakk

Cambukan, suara pecahan guci dan tamparan memenuhi ruang keluarga. Selain Arja yang mencambuk Rasya ada Oma yang melemparkan guci kaca tepat ke arah wajah Rasya dan tepat sasaran. Belum puas dengan itu Oma menampar pipi Rasya yang terkena lemparan guci membuat darah semakin banyak di area wajah Rasya.

"Dasar penyakitan! Beban keluarga! Uangku habis untuk biaya berobat kamu dan buat saya banyak kehilangan uang hanya untuk kamu! Dasar tidak tahu di untung!" dengan tega Oma membenturkan kepala Rasya ke ujung meja di dekat Rasya membuat darah mengalir dari pelipis Rasya.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang