HE - 21

628 60 16
                                    

Happy reading
⚠️Silent readers mundur yaaa⚠️
.

.

.

Ruangan gelap, di dalamnya dua orang pemuda tengah beradu argumen.

Pemuda pertama yang bimbang dan pemuda kedua yang jengah.

"Lo harus akhirin ini Nan, lo gak mungkin nyiksa dia terus-terusan," ujar pemuda kedua.

"Keluarga gue gimana bangsat!" frustasinya.

Pemuda kedua itu berdecak. "Ck! Lo stop dulu! Keluarga lo belakangan. Gue tau lo suka sama dia, tapi gak gini caranya yang ada nanti lo nyesel Nan," ujarnya.

Pria itu mondar-mandir tidak jelas membuat temannya jengah. "Keputusan lo itu. Stop sebelum lo nyesel." pesannya meninggalkan ruangan itu.

Setelah temannya pergi, ia mengacak rambutnya frustasi. "Arghhh, gue harus gimana?" pekiknya.

***

Rasya di bawa ke UKS oleh Karin, iya sahabatnya yang mendiami Rasya dua hari belakangan. Karin di bantu oleh Agreraya dan Elga.

Agreraya dan Elga tiba-tiba saja datang saat Karin meminta tolong.

Rasya segera di tangani oleh dokter jaga UKS, Agreraya membelikan seragam dan hijab untuk Rasya.

"Gimana?" tanya Elga.

"Sepertinya dia punya riwayat sakit asma?" tanya dokter.

Elga mengangguk. "Saya sarankan untuk membawa dia ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Untuk sementara jika dia bangun beri dia inhaler saja." saran dokter itu.

Elga dan Karin mengangguk. "Terimakasih dok," ujar mereka berdua. Dokter itu menganggukkan kepala dan keluar dari UKS kembali ke tempat ia jaga, di samping UKS.

Agreraya datang menyerahkan seragam. "Gantiin dia!" titahnya lalu keluar dari UKS membiarkan Elga dan Karin menggantikan seragam Rasya.

Setelah selesai Agreraya masuk dan duduk di kursi samping Rasya. "Cerita!" singkatnya.

Karin menghela nafas dan menceritakan bagaimana awal dia dan sahabatnya menjauh dari Rasya sampai saat Rasya di siksa.

Agreraya mengepalkan tangannya menahan emosi. "Kenapa lo mau anjing!" emosinya.

"Gue terpaksa." cicit Karin.

Agreraya menghela nafas. "Lo balik! Elga telfon Arya!" perintahnya tegas dan dingin.

Tak ingin membuat Agreraya marah mereka segera melaksanakan tugas. "Maafin gue ninggalin lo." gumamnya memandang wajah pucat Rasya.

"Bangun yuk! Kak Ayu kangen lo." pintanya.

"Asya lo gak mau bangun? Hm?" lagi tidak ada jawaban dari sang empu.

Tak lama kelopak mata Rasya bergerak dan netra indah itu terbuka, menyesuaikan cahaya yang ia terima.

"Grava," panggil Rasya lemah.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang