Happy reading
⚠️Double UP pren! ⚠️
..
.
Sepulang sekolah seperti niat mereka di awal, mereka pergi ke rumah sakit menemui Dokter Ayu untuk Rasya kontrol.
"Di Nebulizer gak boleh nangis! Gue tau rasanya asing tapi itu demi kesehatan lo!" pesan Agreraya.
Rasya mengangguk. "Iyaa ayo!" ajaknya.
Mereka bertiga berangkat ke rumah sakit menempuh waktu tiga puluh menit karena jalanan sedikit macet.
Langsung mereka ke ruangan Dr. Ayu karena memang ini jadwal Rasya kontrol.
"Assalamu'alaikum," salam Rasya dan Elga.
"Wa'alaikumsalam, masuk cantik." memang Ayu mengikuti agama suaminya islam.
Rasya, Elga dan Agreraya masuk ke dalam dan duduk di depan meja Ayu. "Gimana kabarnya?" tanya Dr. Ayu.
Rasya hanya tersenyum. "Aza ingat yang kakak bilang? Jangan buat diri kamu capek ya. Kasian tubuh kamu gak kuat." ujarnya
Rasya meringis. "Iya Kak Aza tau, lagipula umur Rasya udah gak lama lagi kan." ujarnya tanpa sadar.
"Heh mulutnya!" tegur Agreraya.
Rasya tersenyum. "Langsung aja ya Kak, takut nanti kemaleman pulangnya," ujar Rasya. Ia takut pulang larut malam.
Dr. Ayu mengangguk. "Ayo baring kakak siapin dulu alatnya." ujarnya menuntun Rasya berbaring.
Elga dan Agreraya menemani Rasya di ruangan itu. "Siap?" tanya Dr. Ayu.
Rasya mengangguk, barulah Dr. Ayu memasangkan alat itu, Nebulizer ke hidung dan mulut Rasya.
Uap mulai terbentuk dan Rasya menghirup uap yang di hasilkan, rasanya sama, masih asing dan berbeda.
Rasya memejamkan mata dengan tetap menghirup uap bersih dari alat itu.
"Semangat Sya, lo harus sembuh," Elga memberi support kepada Rasya saat Rasya meneteskan air mata entah karena apa.
"Semangat cantik, gue janji bawa lo ke Spanyol," Agreraya ikut serta menyemangati Rasya.
Rasya tentu dapat mendengar apa yang Elga dan Agreraya katakan, dalam hatinya ia membalas, dan dalam hatinya ia berkata.
"Ya Allah kenapa ini sakit? " batinnya saat merasakan rasa yang berbeda.
"Kenapa malah semakin sesak ya Allah." Rasya memejamkan mata.
Empat jam kemudian Rasya selesai, cairan obat di alat itu sudah habis, Rasya sudah terlihat lebih segar.
"Ini kakak kasih resep, di minum ya. Jangan stress dan selalu semangat buat bisa sembuh." ujar Dr. Ayu menyerahkan resep obat untuk di tebus.
"Keadaan kamu udah membaik kakak gak mau denger kamu luka lagi." tegasnya.
Rasya mengangguk. "InsyaAllah Kak. Kita pamit ya udah malem juga." pamit Rasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Herida Eterna (END)
Roman pour AdolescentsBudayakan Follow sebelum membaca! -𝙻𝚞𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚓𝚞𝚗𝚐 𝚊𝚋𝚊𝚍𝚒 Dikucilkan keluarga nya kecuali kakak pertamanya, kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil lebih tepatnya kehilangan sosok Ibu saat dia lahir dan kehilangan sosok pah...