HE - 18

581 62 11
                                    

Happy reading
"Kepercayaan itu utama, "

.

.

.

Pagi datang, Rasya bangun dengan sekujur tubuh yang sakit. "Ya Allah sakit," keluh Rasya saat punggungnya nyeri.

Ia segera mandi dan melaksanakan sholat subuh, dalam sujudnya ia kembali menangis, bahunya bergetar, hanya isakan yang dapat ia keluarkan.

"Non," panggil Mbok Ina dari luar kamar.

Rasya segera menyelesaikan sholatnya dan segera mengambil tas, membukakan pintu untuk Mbok Ina.

"Iya mbok?" tanya Rasya.

Mbok Ina membawakan sekotak bekal. "Ini non, bekal buat non, Mbok tau non gak nyaman ada mereka," ujar Mbok Ina tersenyum.

Rasya tersenyum. "Makasih ya mbok, oh iya nanti Aza pulangnya sedikit telat, mau ke makam Mama sama Papa dulu ya mbok," ia memberitahu Mbok Ina.

Mbok Ina mengangguk. "Siap non, sekarang non berangkat nggih, udah siang juga kan," ujar Mbok Ina.

"Aza berangkat ya Mbok, Assalamu'alaikum," salam Rasya.

"Wa'alaikumsalam," balas Mbok Ina melihat punggung Rasya yang semakin menjauh.

"Ya Allah berikan dia kebahagiaan ya Allah, berikan dia bahagia di sisimu, dunia ini terlalu kejam," doa Mbok Ina untuk Rasya.

Rasya berangkat dengan taksi, ia tahu Pakde Asep tidak di izinkan lagi untuk mengantarkannya ke sekolah.

Rasya juga baru ingat jika lusa ia ada jadwal Check up dengan Dr. Ayu.

Sampai di sekolah, Rasya masuk dengan perlahan, entah apa yang berbeda, tatapan mereka, murid-murid di sini sangat berbeda. Terkesan acuh dengan kehadiran Rasya.

"Assalamu'alaikum," salam Rasya namun tidak mendapat jawaban.

"Wa'alaikumsalam," hanya Karin yang menjawab.

Rasya kebingungan namun ia mencoba berpikiran positif, ia duduk di bangkunya. "Ada apa?" tanya Rasya pelan.

Karin menggeleng dan beranjak dari duduknya. "Mereka kenapa?" bingung Rasya.

Rasya memilih tidak terlalu memikirkan, mungkin sahabatnya ada sesuatu. "Sya, bisa ikut gue?" tanya Radit.

"Mau kemana?" Rasya mengangguk.

"Ke taman sebentar ada yang mau gue tanya," ujar Radit.

Rasya menyetujui dan mengikuti Radit yang sudah keluar terlebih dahulu.Di taman belakang, Rasya dan Radit saling diam.

"Lo ada masalah sama Karin dkk?" tanya Radit.

Rasya menggeleng. "Aku gak tau, mereka tiba-tiba ngejauh gitu aja," balasnya.

"Lo ada buat salah?" lagi Radit bertanya.

Rasya kembali menggeleng. "Gak, aku gak ngerasa buat salah. Aku juga bingung kenapa mereka kaya gitu," jawab Rasya.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang