HE - 2

1K 98 14
                                    

Setelah pulang dari pemakaman Almarhumah Zava, Guntur dan putra sulung kembali ke rumah sakit untuk menemani putri kecilnya.

Rasya Azaria bayi mungil yang harus menjadi anak piatu setelah kelahirannya, dan harus menerima jika dirinya mengidap sakit Asma.

Guntur dan putra sulungnya hanya bisa berdoa semoga putri dan adik kecil mereka bisa bertahan dengan sakit ini.

"Bang, papa ada sesuatu yang harus di ambil bisa jagain Aza?" pinta Guntur.

Anak sulungnya mengangguk. "Iya pa, Ergra jagain Aza. Papa hati-hati perasaan Ergra nggak enak!" ingatnya kepada Guntur.

Ergra Saputra, putra sulung dari pasangan mendiang Zavania Ramadhani dan Guntur Prakarsa.

Memiliki sifat keras kepala, berpikiran luas dan yang pasti dewasa. Berumur masih kecil tapi dia sangat berani dan mandiri.

Mempunyai adik bernama Arja Rakasya, sifatnya mudah terhasut dan arogan membuat dia menyimpulkan sesuatu tanpa memikirkan apapun.

"Iya papa berangkat. Kamu hati-hati juga! "pesan Guntur.

Setelah Guntur pergi Ergra menemani Aza Bayi mungil nan cantik yang di hidung nya terpasang alat bantu pernapasan.

~
~
~

Guntur melajukan kecepatan di atas rata-rata, dia harus pulang untuk mengambil sesuatu yang penting serta dia tidak bisa meninggalkan Putra sulung nya sendiri di rumah sakit.

Tanpa di duga hujan turun dengan derasnya membuat jarak pandang pendek dan mengabur, namun itu tidak membuat Guntur memelankan laju kendaraan nya.

Tanpa di sadari dari arah berlawanan sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi.

Sorot lampu terang membuat mata Guntur membola, kecelakaan mungkin akan terjadi oleh karenanya Guntur membanting stir ke arah kiri namun naas di sebelah kiri adalah jurang.

Mobil yang di tumpangi Guntur menabrak pembatas jalan dan terjun ke arah bawah tepatnya jurang.

BOOM

"Aza papa menyayangimu papa tunggu kamu sayang. Zava jemput aku." batin Guntur tersenyum manis sebelum matanya terpejam

Ledakan keras membuat orang yang di sekitar langsung mengerubung jurang dari atas.

"Cepat panggil ambulan sama polisi!" ucap bapak-bapak yang melihat itu

Di rumah sakit Ergra memiliki firasat buruk kepada ayahnya dia berdoa semoga ayahnya di beri keselamatan.

Atensi nya teralihkan saat mendengar keributan dari koridor rumah sakit. Terlihat beberapa orang mendorong brankar rung sakit dengan terburu-buru.

Entah dorongan dari mana kaki Ergra berjalan menghampiri orang-orang itu.

Mencoba menerobos beberapa orang. "Permisi pak ada apa?" tanyanya sopan.

"Ini dek ada korban kecelakaan, ngehindar truk malah masuk jurang." jawab bapak-bapak itu membuat perasaan Ergra tidak tenang. Tanpa banyak kata Ergra langsung maju ke barisan untuk melihat siapa.

Deg

Kaki Ergra seketika melemas melihat sosok didepan nya.

"P-papa?" gumam Ergra tidak percaya.

Didepan nya brankar rumah sakit itu diisi oleh orang yang dikenalnya. Guntur Prakasa ayah dari Ergra terbaring dengan darah di sekujur tubuh dan jangan lupakan banyak luka bakar.

"E-ergra," lirih Guntur.

Ergra maju mendekat, air matanya tanpa diminta turun seiring dengan suara isakan yang keluar dari mulut nya.

"P-papa kenapa hiks?" tanya Ergra sesegukan.

Guntur tiba-tiba terbatuk. "A-aza uhuk-uhuk," ucap Guntur

Ergra berlari ke ruang rawat Aza dan dia mengmenggendong Aza di bantu perawat yang memegang infus serta oksigen kecil yang terpasang di tangan dan hidung Aza.

Sesampainya di depan IGD, Ergra mendekatkan bayi mungil itu ke arah Guntur.

"A-aza, princess papa," ucapnya memandang Aza kecil yang tengah tertidur.

"S-semoga, k-kamu j-jadi a-anak y-yang cerdas nak, uhuk uhuk," lanjut nya dengan nafas tersengal.

"Pa jangan dipaksa!" cegah Ergra saat melihat keadaan Guntur semakin parah.

Guntur tersenyum. "G-gra, j-jaga A-aza, uhuk j-jangan b-benci d-dia, " pintanya dengan nafas yang mulai melemah.

"Papa harus sembuh, kasian Aza pa," semangat Ergra dengan air mata yang mengalir.

"Uhuk, m-mama u-udah nunggu, uhuk i-ingat p-pesan papa,"

Ergra menggeleng. "Engga pa, Papa harus kuat siapa yang mau rawat Aza pa," histeris Ergra.

Guntur tersenyum sendu nafas nya memberat sebelum akhirnya mata tajamnya tertutup.

Deg

"Papa nggak mungkin kan?" batin Ergra menggeleng dengan menggendong bayi Aza.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," ucap bapak-bapak yang tadi memerhatikan mereka.

Oekk oekk

Oekk oekk

Seakan tahu jika Pahlawan nya telah tiada, Aza kecil menangis kencang membuat Ergra mengeratkan gendongannya sambil menenangkan bayi mungil itu.

"Shutt, udah ya dek jangan nangis nanti sesek lho," tenang Ergra.

"Dek kami turut berdukacita ya, semoga ayah kamu diterima di sisiNya," wakil salah satu bapak-bapak itu.

Ergra diam dengan sorot sendu. "Pak tolong urus jenazah ayah saya, saya mau nganter adik saya dulu," ucap Ergra di angguki oleh bapak-bapak itu.

Ergra meninggalkan IGD dan kembali ke ruang Aza dirawat. Tanpa Ergra sadari ada seseorang yang mengintip kejadian itu. Netranya memandang penuh benci ke arah Ergra, ah lebih tepatnya ke arah gendongan Ergra.

"Lo udah buat semua mati, gue benci lo Aza." desisnya tajam dan berlalu pergi dari sana.

🐾🐾🐾

Vote dan koment!
Feel apa yang kalian dapat baca part ini?
TBC

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang