HE - 24

893 71 19
                                    

⚠️Dilarang siders! ⚠️
Happy reading
.

.

.

Di sebuah jalanan yang senggang, sedikit kendaraan berlalu lalang, sebuah mobil sport putih melaju dengan kecepatan standar.

"Kenapa perasaan gue gak enak," gumam si pengemudi mobil sesekali melihat ke arah sekeliling.

Dia terus memacu mobil dengan santai sesekali bersenandung. "Gue harus selesaiin ini! Tapi gimana caranya?" gumamnya lagi memukul stir sedikit kuat.

"Gue harus bongkar semua." tekadnya.

Dia mengambil ponselnya dan menghubungi rekannya sambil menyetir dengan hati-hati.

"Yan, gue minta semua bukti," ujarnya.

"Syukur lo mau tuntasin ini!" ujar rekannya di seberang panggilan.

Dia berdecak. "Ck! Buruan!" desaknya.

"Iya sab---"

Cittt

Tiba-tiba pria itu mengerem mendadak membuat ponselnya jatuh.

"Nan? Kenapa?" tanya rekannya jelas.

"Gapapa gue keluar sebentar jangan di matiin." ujarnya keluar dari mobil.

Segera dia keluar dan melihat ke depan, betapa terkejutnya saat melihat seorang gadis tergeletak di jalan dengan darah di kepalanya.

"RASYA!"

"RASYA!!!"

Ergra terbangun dari tidurnya, ia bermimpi buruk, Rasya meninggalkan dia.

Ponsel Ergra berdering sebuah pesan masuk segera ia buka dan terkejut saat di dalam pesan itu terdapat sebuah foto dan video yang membuatnya menangis.

"A-aza maafin a-abang." gumamnya menatap kosong tangannya yang dia pergunakan untuk menampar Rasya tadi sore.

Perasaannya sedari tadi pun tidak tenang. "Ya Allah dek kamu di mana?" gusarnya seraya bangkit dari kasur.

Ergra mencoba menghubungi Rasya berulang kali tapi gagal.

"Argghhhh! Kamu di mana dek?" pekik Ergra membuat seseorang masuk ke kamarnya.

"Kenapa bang?" tanya Arja.

"A-abang salah, a-abang.... " ujarnya terjeda.

Ergra tersadar. "Ja, Rasya Ja," ujarnya mengguncang tubuh Arja.

"Itu salah abang sendiri. Abang yang minta Arja buat gak benci Rasya tapi kenapa abang yang malah benci dia." ujar Arja datar keluar dari kamar.

"Cari dia Bang sebelum terlambat, Arja ada urusan!" pesannya meninggalkan rumah.

Ergra mengacak rambutnya frustasi. "Dek kamu di mana astaghfirullah," gumamnya.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang