HE - 3

961 99 20
                                    

Happy Reading
.
.
.

Hari ini pemakaman Almarhum Guntur beliau meninggal tepat satu hari setelah istri tercinta pulang ke rumah yang maha Kuasa.

Liang lahat Guntur di gali tepat di samping makam Almarhumah Zava.

Isak tangis memenuhi pemakaman saat jenazah Guntur Prakasa di turunkan. Sang ibu menangis histeris.

Begitu pula dengan Ergra dan Arja mereka berdua menangis dalam diam tapi itu lebih memilukan.

Ergra menggendong Aza yang sudah pulang, dia membawa adik kecilnya untuk melihat kedua orang tuanya untuk terakhir kalinya.

"Hiks, Guntur kenapa kamu pergi hiks," tangis bunda Guntur memeluk nisan Guntur. Walaupun Guntur menantunya tapi dia tetap sayang.

"Papa, katanya papa mau ajak Arja jalan hiks, t-tapi papa malah nyusul mama hiks, papa nggak sayang sama Arja," isak Arja.

"Ja, bun ikhlasin Guntur biar tenang," ucap ayah Guntur manahan tangis.

Matanya memerah dan berkaca-kaca karena menahan tangis sejak tadi.

"Pa, Ergra janji akan jagain Aza sama seperti apa yang Papa pesan," lirih Ergra menatap bayi mungil di gendongan nya.

"Semoga papa tenang." lanjut nya lirih disertai air mata yang menetes.

"Tuan kami turut berdukacita atas meninggalnya tuan Guntur. Kami pamit," ucapan bela sungkawa terus berdatangan.

"Ayo pulang! Kasihan Aza kedinginan!" ajak Ayah.

Bunda dan Arja tidak menolak mereka pulang ke rumah keluarga Prakasa.

~
~
~

Sesampainya di rumah Ayah meminta Ergra untuk membawa Aza ke kamar.

"Ergra bawa adek kamu ke kamar, setelah itu kamu turun!" perintah tegas Opa. Ayah Guntur.

Ergra mengangguk segera mmembawa Aza kecil ke kamarnya untuk istirahat. Begitu juga dengan yang lain membersihkan badannya.

Setelah membersihkan badan mereka melaksanakan makan malam dengan suasana duka yang masih kental terasa.

"Kita makan! Setelah makan ada yang ingin opa bicarakan!" tegas Opa.

Makan malam berlangsung dengan khidmat dan hanya keheningan yang menyelimuti ruang tamu. Setelah selesai mereka menuju ruang tengah untuk membicarakan hal yang ingin disampaikan oleh Opa.

"Ada apa Opa?" tanya sang istri.

"Ergra, kamu ingin sekolah dimana?" tanya Opa menghiraukan pertanyaan sang istri.

"Aku ingin di sini saja Opa. Ingin menjaga Aza seperti apa yang Papa amanahkan," jawabnya.

Opa mengangguk seraya tersenyum tipis melihat cucu pertamanya menerima kehadiran Aza walaupun yang lain belum menerima. "Baiklah opa tidak memaksa, dan kamu Arja ingin sekolah dimana?" beralih ke cucu keduanya.

"Korea," jawab Arja singkat.

Opa berdehem. "Kenapa tidak ingin di Indonesia?" tanyanya.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang